200 Pengukir Demo Mengukir Di Pesta Budaya Asmat

200 Pengukir Demo Mengukir Di Pesta Budaya Asmat
MENGUKIR -Pengukir Asmat saat melakukan demonstrasi mengukir kayu menjadi patung di Pesta Budaya Asmat ke 32

ASMAT I Sebanyak 200 pengukir asli Asmat ikut ambil bagian dalam Pesta Budaya Asmat ke 32 tahun 2017 ini, dengan melakukan demonstrasi mengukir patung kayu berupa wajah orang. Demonstrasi para pengukir Asmat dipusatkan di Lapangan Yos Sudarso, Sabtu (21/10/17).

Pada demonstrasi mengukir, panitia memberikan waktu lima jam kepada peserta untuk menghasilkan sebuah karya seni. Dari waktu yang diberikan para pengukir melakukan pekerjaannya dengan penuh semangat, meskipun dibawah terik matahari.  Aksi para pengukir mendapat perhatian dari pengunjung yang hadir dengan mengabadikan setiap momen melalui jepretan kamera.

Setelah lima jam, satu persatu para pengukir  menyelesaikan ukiran patung kayunya. Kayu yang awalnya tidak berbentuk, setelah dipegang para pengukir Asmat dengan menggunakan alat pahat sederhana secara perlahan mulai terlihat ukiran  wajah orang.  Para pengukir pun mulai menghaluskan dengan alat alami bukan menggunakan ampelas maupun plitur. Sehingga patung-patung nampak alami dan memiliki nilai seni dan eksotik yang tinggi.

Ketua Panitia Pesta Budaya Asmat yang juga Kurator Museum, Erick Sarkol mengatakan, peserta yang ikut demonstrasi mengukir  merupakan peserta lomba ukir yang telah menyetorkan hasilnya ke panitia sebelum Pesta Budaya Asmat digelar.

“Jadi demonstrasi mengukir ini untuk memastikan apakah peserta ini benar-benar seorang pengukir atau tidak. Sehingga kami akan lihat hasil akhir dari ukiran kayu ini,”kata Erick.

Ia mengatakan, dalam perlombaan mengukir, panitia melakukan penilaian beberap aspek, seperti daya kreatif, imajinasi, tingkat kesulitan, dan finishing dari pembuatan patung tersebut. Dari perlombaan ini, akan ada enam kriteria yang mendapatkan juara, yakni kriteria kecil. Pada kriteria ini ukuran patung 30-40 centimeter. Sedangkan ukuran sedang mulai dari 50-70 centimeter.

Selain itu, kriteria selanjutnya adalah patung yang mengandung cerita. Dalam arti, patung yang dihasilkan harus memiliki cerita, legenda, maupun mitos sehingga tidak sembarang dalam membuat patung. Kriteria lain adalah fanel yang merupakan kategori khusus. Dan yang terakhir adalah kriteria tradisional, dimana patung yang dibuat seperti perisai, tifa, tombak, dan dayung,

“Memang pengukir Asmat tidak memiliki konsep. Tapi seorang pengukir Asmat memiliki daya imajinasi dan kreatif yang tinggi. Karenanya, dengan demonstrasi ini untuk mengasah kemampuan mengukir,”ujarnya.

Selain itu, kata dia,  demonstrasi mengukir juga untuk mengembangkan dan melestarikan budaya seni ukir di Asmat, karena sebelum adanya Pesta Budaya Asmat  jumlah pengukir 36 orang. Tetapi seiring waktu dan pelaksanaan Pesta Budaya Asmat setiap tahunnya, sekarang sudah ada ratusan pengukir. Ini terbukti sekarang ini peserta yang ikut sebanyak 200 orang.

“Sekarang dengan mudahnya kita bisa dapat patung kayu. Ini karena pengukir Asmat jumlahnya meningkat. Dan ini akan terus dikembangkan, sehingga seni ukir yang menjadi ciri khas Asmat tidak musnah,” tuturnya..(mjo/SP)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *