TIMIKA | Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Timika, Papua memprediksi curah hujan cukup tinggi di Kota Timika dan sekitarnya terjadi setiap hari dari pagi hingga malam. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir Agustus 2018.
Prakirawan BMKG Timika, Fitria Nur Fadlilah mengatakan, hujan setiap hari yang terjadi di Kota Timika dan sekitarnya merupakan kondisi normal. Dimana puncak terjadinya hujan setiap tahun pada Juni sampai Agustus, akibat kondisi lokal geografis pegunungan dan pantai di Mimika.
“Ini kondisi normal terjadinya hujan setiap hari, dan bukan gangguan. Dan kondisi ini akan berakhir pada akhir Agustus nanti. Sehingga pada September nanti akan kembali normal. Tapi normal ini tetap ada hujan,” kata Fitria saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (17/7).
Menurut Fitria, curah hujan tinggi dianggap sebagai kondisi normal di Mimika sesuai prediksi atau prakiraan BMKG Timika selama 35 tahun. Setiap tahun pada bulan Juni rata-rata curah hujan 556 mm. Namun pada Juni tahun ini terjadi peningkatan hingga 800 mm.
“Jadi Juni sampai Agustus merupakan puncak dari kondisi hujan yang terjadi di Timika,” ujarnya.
Cuaca hujan yang terjadi sekarang ini relatif tidak disertai petir. Hanya saja hujan terjadi sepanjang hari dengan intensitas ringan hingga lebat. Tetapi selain tiga bulan tersebut, pada sore atau malam hari hujan turun relatif singkat namun cenderung disertai petir.
“Kondisi hujan setiap hari ini karena awannya ringan, cepat terkumpul, dan cepat pergi, karena pergerakan angin cukup kencang dari Timur ke Tenggara. Namun demikian, akan muncul awal-awan yang sama sehingga menyebabkan hujan terjadi setiap hari,” jelasnya.
Ombak Capai Dua Meter
Kondisi hujan yang terjadi setiap hari tersebut tidak mempengaruhi penerbangan dari dan ke Timika. BMKG Timika setiap saat memberikan informasi terkait perkembangan cuaca terakhir kepada pengelola jasa penerbangan.
“Penerbangan pengaruhnya pada jarak pandang. Dan kami setiap 30 menit selalu mengkomunikasikan ke ATC, yang selanjutnya disampaikan ke pilot. Dengan kondisi seperti itu maka akan ada keputusan dari pilot, apakah landing (mendarat), lanjut ke daerah lain maupun putar,” katanya.
Sedangkan untuk kondisi perairan sendiri, pada saat ini ketinggian ombak antara 0,5 sampai 2 meter. Hal ini juga sudah disampaikan kepada pihak Syahbandar yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pengguna atau pengelola angkutan laut.
Hanya saja, laniut Fitria, yang menjadi kendala adalah keselamatan kapal-kapal kecil karena tidak memiliki alat komunikasi. Mereka hanya melihat kondisi alam.
Adapun untuk persiran Merauke, Agats, dan Amampare atau wilayah Arafuru, angin datang dari Timur, Tenggara, dan Selatan dengan kecepatan antara 6-10 knots. Kondisi angin kencang tersebut akan mempengaruhi tinggi gelombang.
“Kondisi gelombang laut, untuk kapal kecil harus menjadi perhatian. Karena angin cukup kencang yang membuat gelombang di laut mencapai 0,5-2 meter,” terangnya.(mjo/SP)
Tinggalkan Balasan