TIMIKA | Kontak tembak antara aparat keamanan TNI/Polri dengan kelompok krimimal separatis bersenjata (KKSB) di wilayah Tembagapura, Mimika, Papua, terus berlanjut hingga Minggu (8/3).
Dandim 1710 Mimika Letkol Inf Pio L. Nainggolan membenarkan kontak tembak berlangsung hingga Minggu sore meski intensitasnya sudah menurun dari sebelumnya.
“Kontak tembak memang masih terjadi hingga khususnya di wilayah kampung Opitawak,” kata Letkol Nainggolan, Minggu.
Ia mengakui, kekuatan KKSB yang sedang beraksi di Tembagapura lebih besar dari aksi-aksi sebelumnya. Hampir seluruh kelompok KKSB di wilayah pegununan tengah Papua berada di sana.
“Apabila dibandingkan dengan aksi-aksi sebelumnya, itu besar. Tetapi ini bukan menjadi kekhawatiran kita. Yang kita prioritaskan adalah bagaimana mengamankan masyarakat dari sana,” katanya.
Hingga Senin (9/3) dini hari, lebih dari 1.500 warga sipil telah dievakuasi dari empat kampung di Tembagapura ke wilayah perkotaan yang lebih aman demi keselamatan mereka.
“Kita berharap wilayah Tembagapura ini cepat kondusif sehingga aktivitas masyarakat maupun operasi perusahaan bisa pulih kembali seperti biasa,” kata Nainggolan.
Menurut Dandim, berdasarkan hasil wawancara dari warga yang dievakuasi, bahwa faktor yang mendorong mereka mencari tempat lebih aman adalah ketiadaan bahan makanan yang memang diminta oleh KKSB dari rumah-rumah penduduk.
“Intimidasi yang dilakukan KKSB ini menjadi faktor utama membuat masyarakat meminta bantuan kepada kami TNI/Polri maupun pemerintah daerah agar mereka segera dievakuasi ke Timika,” katanya.
Di samping itu, trauma dan keresahan warga juga didasari adanya peristiwa penyanderaan oleh KKSB di wilayah itu pada 2017 silam, sehingga mereka memilih meninggalkan kampung halaman sementara.
Secara geografis, perkampungan di Tembagapura terpisah oleh lembah, gunung, maupun sungai dengan kondisi medan yang sangat berat.
Kondisi demikian, lanjut Dandim, membuat mobilitas masyarakat untuk mendapatkan bahan makanan cukup sulit, ditambah lagi dengan kehadiran KKSB memutus akses logistik.
“Kami sebagai satuan kewilayahan, fokus bagaimana mengevakuasi masyarakat ini dari tempat yang rawan ke tempat yang lebih aman,” jelasnya.
Reporter: Sevianto
Editor: Misba Latuapo
Tinggalkan Balasan