TIMIKA | Guru seperti lilin yang menghabiskan dirinya sendiri untuk menerangi kehidupan orang lain. Begitu salah satu quotes di jagad maya mengiringi kepergian Kanisius Ero.
Kanisius Ero adalah seorang guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang meninggal dunia dalam insiden kecelakaan laut, pada Sabtu (18/12/2021) lalu.
Ia tenggelam bersama jasa-jasa luhurnya di Muara Mimika tepatnya di Kampung Aindua, Distrik Mimika Barat Jauh, Kabupaten Mimika.
Kepergian Kanisius meninggalkan duka yang amat mendalam bagi dunia pendidikan, terutama sekolah tempatnya mengabdi di Mimika Barat Jauh. Terlebih khusus bagi keluarga besarnya.
Kanisius pergi untuk selamanya meninggalkan seorang istri, Dona Nainggolan, serta tiga orang anak masing-masing berusia 12, 9 tahun dan bungsu 4 tahun.
Kanisius lahir pada 16 Juli 1983, kini berusia 38 tahun. Sejak tahun 2003, Ia telah mengabdikan dirinya untuk mendidik anak-anak Mimika Barat Jauh. Sehingga genap 17 tahun 7 bulan ia telah berjasa membimbing anak-anak di pesisir Mimika.
Adik Kandung dari Kanisius, Eta Tlupun bercerita bahwa Kanisius adalah kakak tertua mereka yang memiliki sosok pendiam.
“Pak guru itu penyayang, tidak banyak bicara, banyak senyum, murah hati walaupun kami kadang marah tapi dia selalu balas dengan senyum,” katanya kepada Seputarpapua.com, Jumat (24/12/2021).
Eta yang tak tahan membendung air mata ketika bercerita, mengakui betapa sayangnya mereka terhadap sosok kakak tertuanya itu.
“Hari Sabtu itu sebelum pergi, dia (Alm) cuma pamit saja. Hari sabtu itu katanya dia bilang saya mau pergi pelayanan dengan pastor. Kami bilang, ko ini tinggal pikir tugas-tugas terus, kami juga jarang ketemu dengan ko baru. Dia hanya bilang tidak apa-apa ini kami pelayanan ke gereja, kasihan kalau pastor jalan sendiri jadi saya mau temani,” kata Eta.
Kanis memang bukan saja melayani anak-anak didiknya, namun juga setia dalam pelayana di gereja-gereja yang ada di pesisir Mimika.
“Dia kalau dalam pekerjaan selalu taat, dia tidak suka lelet-lelet apa yang sudah dipertanggungjawabkan dia pasti selesaikan. Dia juga orangnya sederhana, kalau mengajar dia tidak suka pakai seragam, pakai pakaian biasa saja, jadi kami lihat dia punya seragam juga cuma satu saja yang dulu sekali,” kenangnya.
“Saya ingat dia punya prinsip bilang disini kita sama sama cari hidup, jadi dia ingin sama seperti masyarakat biasa,” sambung Eta.
Kini, Kanisius telah pergi untuk selamanya. Bagi Eta, di momen Natal ini sangat berbeda karena tanpa ada sosok Kakak.
“Natal tanpa kakak. Hati kami hancur. Kami cuma bisa bilang selamat jalan kaka, jalan baik-baik,” tuturnya.
Ia berharap ada perhatian dari dinas pendidikan juga pihak Yayasan Katolik untuk bisa memperhatikan anak-anak dan istri Almarhum yang ditinggalkan.
Sebelumnya, Kanisius pergi bersama rombongan Pastor dan suster untuk pelayanan pemberkatan Puskesmas di kampung Tapormai untuk pemberkatan gedung Puskesmas yang baru, pada Sabtu (18/12/2021).
Saat itu, karena kondisi perairan sedang diguncang ombak, motoris mengambil keputusan untuk masuk ke muara kampung Aindua.
Naas, tiba-tiba baling-baling mesin perahu tersangkut di jaring nelayan lalu mesin mati hingga akhirnya speedboat terbalik.
- Tag :
- Berita khusus,
- Feature,
- Kanisius Ero
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis