TIMIKA I Unit Pelaksana Teknis (UPT) pembibitan ternak babi pada Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Mimika di Kampung Naena Muktipura (SP6), Distrik Iwaka, Mimika, Papua, diresmikan oleh Wakil Bupati setempat, Yohanis Bassang, Kamis (3/8/17).
Kegiatan peresmian UPT yang dibangun di atas lahan seluas 4,5 hektar itu ditandai dengan pemotongan pita oleh Wabup Yohanis Bassang, dan penyerahan bibit babi kepada dua orang peternak, yakni Yordan Ola dan Magdalena Ema Nunang.
Wabup Bassang dalam sambutannya mengatakan, program pembibitan yang dilakukan oleh Pemkab Mimika melalui Disnak ini patut diapresiasi. Sebab program ini langsung bersentuhan kepada masyarakat.
Bassang berharap, dengan adanya program ini masyarakat bisa terbantu dengan ketersediaan pasokan daging babi dan Mimika bisa menjadi swasembada daging kedepan.
“Pemerintah daerah hanya memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Karenanya, dokter dan ahli peternakan hewan di Mimika untuk bekerja lebih optimal, agar apa yang dilakukan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya peningkatan ekonomi masyarakat,” tuturnya.
Kepala Disnak Kabupaten Mimika, Yosefin Sampelino kepada Seputar Papua mengatakan, pembangunan UPT pembibitan peternakan babi ini dibangun pada 2016, dengan anggaran bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp4,5 miliar dan APBD Kabupaten Mimika sebesar Rp1,3 miliar.
Dari anggaran tersebut, Disnak Mimika melakukan berbagai kegiatan, diantaranya penimbunan jalan masuk sepanjang 475 meter, pembangunan satu unit kandang induk seluas 350 meter persegi, dan satu unit kandang pembesaran anak seluas 240 meter persegi.
Selain itu, pembangunan satu unit rumah petugas jaga tipe 72 kopel, satu unit gudang pakan, jaringan air, dan pengadaan calon induk babi yang berumur 5 sampai 7 bulan sebanyak 39 ekor dan jantan tiga ekor.
“Sekarang bangunan tersebut selesai dikerjakan dan sekaligus telah diresmikan oleh Wakil Bupati,” ujar Yosefin.
Tujuan pembangunan unit pembibitan peternakan babi ini, kata dia, adalah untuk menghasilkan bibit babi yang unggul dan berkualitas. Ini guna mendukung peningkatan produktivitas babi di Mimika maupun kabupaten tetangga.
Selain itu, Yosefin berharap melalui program ini bisa menjadi tempat belajar dan informasi kepada masyarakat yang membutuhkan. Serta kemudian bisa menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD).
“Dengan maksud dan tujuan tersebut, maka pada tahap pertama kami melakukan pengadaan 39 ekor dan tiga ekor jantan babi pada 2016 lalu. Berdasarkan juknis untuk kebuntingan yang pertama, maka prosesnya dilakukan secara alamiah,” jelasnya.
Yosefin mengatakan, saat ini ada sebanyak 23 ekor induk babi menghasilkan 248 ekor anak dari program pembibitan ini. Dari 248 ekor anak babi tersebut, sebanyak 214 ekor berhasil bertahan dalam kandang.
“Dari kelahiran yang pertama ini, diharapkan bisa menghasilkan bibit babi sebanyak 200-250 ekor. Sehingga dalam satu tahun untuk dua kali kelahiran, dapat menghasilkan kurang lebih 450-500 ekor bibit babi yang siap salur,” katanya.
Lanjut Yosephin, untuk mendapatkan 400-500 ekor bibit babi, maka untuk kelahiran kedua nanti, pihaknya akan melakukan proses inseminasi buatan (kawin suntik), yang rencananya akan dilakukan pada akhir Agustus 2017 ini.
“Proses kawin suntik ini, kami bekerjasama dengan peternakan yang ada di Solo. Dimana dalam pelaksanaannya akan menggunakan strow (sperma – red) dari Amerika. Sehingga nantinya bisa menghasilkan bibit babi yang memiliki keunggulan,” kata dia.
Selain itu, kata Yosephin, untuk memudahkan perawatan dan persalinan, pihaknya akan membangun kandang induk beranak tipe battery di 2017 ini. Dengan begitu, induk-induk babi pada kebuntingan berikutnya akan dipindahkan ke kandang tersebut, untuk mempermudah pengawasan dan proses persalinan.
“10 hari sebelum beranak, induk-induk yang akan melahirkan dipindahkan ke kandang tipe battery itu. Sehingga tidak ada lagi ada anak-anak yang baru lahir tertindis induknya,” ujar Yosephin.
Melalui pembibitan ternak model ini, bibit babi yang dihasilkan terseleksi dengan umur 2-2,5 bulan. Sebagai kontribusi, bibit-bibit babi nanti akan dijual dengan hargaRp1,5 juta sampai Rp2 juta per ekor.
“Dari hal itu, kami harap pemerintah daerah mendukung peningkatkan status UPT menjadi UPTD dan penambahan areal lahan menjadi 10 hektar . Sehingga kami bisa kembangkan program lain, yakni membangun unit pembibitan ternak sapi,” ungkapnya. (mjo/SP)
Tinggalkan Balasan