TIMIKA | Aktivis HAM dan lingkungan di Mimika Adolfina Kuum prihatin adanya fenomena seekor ikan paus ditemukan terdampar di Kampung Timika Pantai, Distrik Mimika Tengah, Selasa (2/4).
Ketua Lembaga Peduli Masyarakat Wilayah Mimika Timur Jauh yang juga perempuan asli suku Amungme – Kamoro ini, melihat dari sisi budaya masyarakat suku Kamoro yang mendiami pesisir pantai Mimika terhadap fenomena langkah tersebut.
"Ikan paus tersebut bukan mati dan terdampar begitu saja, tetapi ada sebab akibat kenapa sampai ikan paus terdampar di sana," kata Adolfina ketika menghubungi seputarpapua.com di Timika, Rabu (3/4).
Untuk itu, Adolfina meminta pihak Satpolairud Polres Mimika serta Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelauatan dan Perikanan (PSDKP), agar melibatkan lembaga adat Lemasko maupun kepala suku setempat dalam proses evakuasi paus jenis Bryde tersebut.
"Kenapa, karena prediksi kami bahwa ikan paus ini terdampar di Timika Pantai ada alasanya, bukan karena perubahan iklim, ataupun karena sudah mati dua hari di laut kemudian terdampar di darat," katanya.
Menurut Adolfina, ada sebab akibat ikan paus terdampar bagi suku Kamoro yang mendiami wilayah pesisir pantai. Wujud mamalia langkah tersebut bisa jadi adalah nenek moyang mereka yang muncul memberi pertanda.
"Mari saya ajak kita kembali mengenal dan melihat budaya adat istiadat suku asli di pesisir Mimika. Mereka suku Kamoro meyakini atau ikan paus juga sebagai tuan tanah dan juga raja," kata dia.
"Ini bukan ikan paus biasa. Kita bicara tradisi kepercayaan suku asli setempat, suku yang mendiami wilayah perairan Mimika. Ikan ini sangat langkah untuk mati," sambung Adolfina.
Ia mengatakan, dari sudut pandang budaya dan kepercayaan, paus mati lalu terdampar bisa jadi merupakan pertanda akan ada masalah terjadi di sana, di daerah pesisir pantai, di Taparu (kampung) suku Kamoro.
"Atau ada masalah yang terjadi di pesisir pantai yang membuat alam marah, tuan tanah marah, hingga hal ini terjadi atau suatu petunjuk yang diberikan agar manusia yang hidup di alam Mimika sadar dan melihat ada persoalan apa disana, dan apa yang sedang terjadi dan akan terjadi nanti. Saya berharap Timika akan baik-baik saja," tuturnya.
Adolfina bahkan menyarankan agar paus itu sebaiknya dikubur selayaknya dengan melibatkan tua-tua adat setempat. Bukan ditenggelamkan di laut karena alasan akan membusuk lalu meledak dan mencemari lingkungan perkampungan warga.
"Perlu koordinasi agar dilakukan proses ritual adat dan dikuburkan baik-baik. Ikan paus terdampar di Timika Pantai bukan karena kemungkinan ini itu, tapi akan ada masalah atau sedang ada masalah disana di perairan Mimika atau di Mimika pada umumnya," ujarnya.
Jika benar ini adalah pertanda alam, Adolfina mengingatkan untuk menjadi bahan intropeksi bersama agar dapat melihat dan mengantisipasi persoalan yang akan terjadi dan atau sudah terjadi.
"Terkait informasi Kasat Polairud bahwa karena ikan paus ini sudah membusuk takutnya akan meledak sehingga akan menimbulkan penyakit yang berdampak pada kehidupan masyarakat di sana, benar adanya. Bamun akan lebih menimbulkan penyakit dan bermasalah lagi bilah kami tidak menyimpan bangkai ikan paus ini secara aturan adat yang baik," jelasnya. (rum/SP)
Tinggalkan Balasan