TIMIKA | Jumlah penderita malaria di Mimika mulai menurun sejak beberapa tahun terakhir. Informasi ini terungkap lewat pernyataan dr Rini Poespoprojdo saat diwawancarai usai menghadiri Peringatan Hari Malaria Sedunia (HMS) 2019 di Gedung Serbaguna Keuskupan Timika, Selasa (7/5) .
"Terbukti dalam penelitian pada tahun 2004 dalam sehari bisa sampai 10 kasus Malaria berat, sementara sekarang hampir jarang ada kadang sampai satu bulan hanya satu kasus," tambahnya
Dijelaskan, secara umum pengidap malaria mengalami anemia kurang darah berat. "Kurang darah berat ini terjadi secara perlahan. Dan itu banyak di rumah sakit karena saat dilarikan ke RSUD dalam keadaan malaria," jelasnya
dr Rini yakin Kabupaten Mimika bisa terbebas dari malaria jika semua dimulai dari diri sendiri. Ia menghimbau kepada pasien malaria agar mengkonsumsi obat yang diberikan dokter hingga tuntas serta kurangi aktifitas malam, karena nyamuk malaria gigit pada malam hari.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Alfred Douw mengatakan, malaria merupakan salah satu penyakit menular. Untuk menghindarinya bermula dari diri sendiri.
"Kita semua harus waspadah dan terpenting harus menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar," himbau Alfred saat menyampaikan sambutan pada acara memperingati HMS.
Ketua Panitia HMS, Obet Tekege mengatakan, untuk mengeliminasi malaria, Dinkes Mimika sudah melakukan beberapa program, yakni pelatihan 72 kader, kampaye melalui media cetak penyebaran malaria melalui noken, dan stiker, pengadaan spanduk dan baliho malaria serta lomba penyuluhan penyakit oleh kader di setiap Puskesmas.
Keberhasilan menurunkan jumlah penderita malaria juga tidak terlepas dari kerjasama PT Freeport Indonesia melalui Community Health Development (CHD) bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK) melakukan program malaria center sejak tahun 2013 untuk memutus mata rantai penularan malaria di Papua khususnya di Kabupaten Mimika. (Cr–2/SP)
Tinggalkan Balasan