Anak-anak Pecandu Lem Aibon Memprihatinkan

Anak-anak Pecandu Lem Aibon Memprihatinkan
Ilustrasi

JAYAPURA | Direktur Binmas Polda Papua Kombes Pol Ricko Taruna Mauruh berpendapat bahwa puluhan hingga ratusan anak-anak usia sekolah di Kota Jayapura ataupun kabupaten lainnya di Papua yang kecanduan lem aibon perlu perhatian semua pihak.

"Ini memprihatinkan sekali. Ada puluhan anak usia sekolah di Kota Jayapura yang tercandu lem aibon," kata Ricko Taruna Mauruh di Kota Jayapura, Papua, Jumat (21/6).

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan sementara oleh jajarannya termasuk Babhinkamtibmas di lapangan, serta data yang didapatkan oleh pemerhati, tokoh agama ataupun aktivis yang peduli dengan masalah ini, terdapat sejumlah titik yang menjadi tempat berkumpul puluhan anak-anak tersebut untuk mengisap lem aibon.

"Data sementara yang terkumpul ada sekitar 70 hingga 100-an anak usia produktif, usia sekolah yah. Titik-titik mereka nongkrong di Taman Imbi, di Ampera, Taman Mesran di Pasar Abe atau Youtefa hingga beberapa tempat lainnya," sebutnya.

Lebih lanjut mantan Kapolres Biak dan Manokwari itu mengatakan terkait masalah itu, Polda Papua terus berupaya untuk menginisiasi berbagai pertemuan dengan pemangku kepentingan, baik dari pemerintah daerah setempat hingga dengan para aktivis yang peduli dengan anak-anak yang tercandu lem aibon, yang merupakan generasi penerus bangsa tersebut.

"Beberapa hari lalu, saya baru bertemu dengan salah satu pejabat Dinsos Kota Jayapura, lalu dengan perwakilan Gereja GKI Pengharapan Ibu Novela dan pihak lainnya yang membahas tentang anak-anak yang suka lem aibon ini," katanya.

Berbicara terkait solusi, ia mengaku bahwa Binmas Polda Papua punya sejumlah program yang akan dilakukan, salah satunya adalah mendorong agar pemangku kepentingan untuk bersama-sama menyediakan atau membangun rumah singgah bagi anak-anak tersebut.

"Jadi, kami siap untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak ini. Tentunya kita perlu ada rumah singgah yang bisa menjadi tempat mereka berkumpul dan kita berikan edukasi serta rehabilitasi, tetapi yang terintegrasi dengan semua stakeholder," katanya.

Terintegrasi, kata dia, adalah semua stakeholder atau pemangku kepentingan ikut serta didalam mengedukasi dan merehabilitasi anak-anak yang tercandu lem aibon.

"Misalnya dari Pemerintah Kota Jayapura sediakan rumah singgah, lalu para aktivis atau dinas terkait yang berikan pengajaran soal pelajaran sehingga mereka bisa dapat sekolah dan ijazah paket, polisi bagian pengamanan anak-anak tersebut, tentara bisa berikan wawasan kebangsaan ataupun tokoh agama berikan pencerahan soal pendidikan agama," katanya mencontohkan peran pemangku kepentingan yang dimaksud.

Dengan begitu, kata dia, anak-anak yang tercandu lem aibon bisa diselamatkan, asalkan semua pihak ikut terlibat, sinergitas.

"Jika ini bisa dilakukan maka, kita bisa mengontrol atau bahkan bisa menghilangkan kebiasaan anak-anak yang tercandu lem aibon dan juga bisa meminimalkan pengaruh negatif itu kepada anak-anak lainnya," katanya.

Dia menegaskan bahwa yang utama adalah perlunya rumah singgah bagi anak-anak tercandu lem aibon, sehingga bisa didata dan dikoordinir untuk direhabilitasi serta tidak mempengaruhi anak-anak lainnya.(Antara/SP)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *