TIMIKA I Kepala Balai Taman Nasional Lorentz, AG Martana mengatakan, Taman Nasional Lorentz merupakan solusi terhadap perubahan iklim global yang saat ini melanda dunia, khususnya Indonesia. Ini karena Taman Nasional Lorentz merupakan kawasan konservasi yang menjaga keseimbangan alam, khususnya efek gas rumah kaca.
“Pemerintah membuat taman konservasi seperti Taman Nasional Lorentz ini agar tidak terjadi kerusakan alam dan bencana,” kata AG Martana saat kegiatan penilaian efektivitas pengelolaan Taman Nasional Lorentz menggunakan manajemen effectivenes tracking tool (mett) tahun 2017, yang difasilitasi USAID Lestari di aula pertemuan hotel dan restoran 66, Selasa (29/8/17).
Ia menjelaskan, akibat adanya efek gas rumah kaca, yang menyebabkan es di kutub mencair. Sama halnya dengan es abadi di Puncak Cartenz, yang luasan esnya semakin berkurang. Ini disebabkan karena suhu bumi semakin panas. Dari kondisi tersebut, maka terjadi perubahan iklim global. Dan ini bisa kita lihat dengan perubahan musim yang tidak menentu.
“Dulu musim hujan terjadi pada September sampai Desember. Tapi sekarang itu tidak bisa jadi patokan, karena Januari sampai Juli bisa terjadi musim hujan. Dan itu indikator terjadinya perubahan iklim global,”jelasnya.
Ia menambahkan, hasil penelitian, setiap tahun terjadi kenaikan permukaan air laut setinggi 30 centimeter. Sehingga apabila dalam waktu 20 tahun, maka ketinggian permukaan air laut mencapai 60 centimeter. Dan ini bisa menimbulkan banyak bencana seperti yang terjadi di AS dan Indonesia, banjir, longsor, dan gempa bumi.
Lanjutnya, terjadinya bencana-bencana di mana-mana karena adanya ketidakseimbangan alam yang berpengaruh pada perputaran awan yang cukup kencang.
“Bencana-bencana terjadi karena terjadi ketidakseimbangan alam, yang berpengaruh pada perubahan iklim global,”katanya.
Kata dia, Taman Nasional Lorentz merupakan salah satu solusi mengurangi efek gas rumah kaca. Dan Taman Nasional Lorentz merupakan kawasan konservasi yang menjadi solusi dalam menangani efek gas rumah kaca. Ini karena, masih memiliki hutan yang lebat dengan berbagai ekosistem di dalamnya.
“Karenanya mari kita jaga kawasan ini untuk keseimbangan alam dan lingkungan. Sehingga tidak terjadi bencana yang cukup besar,”ungkapnya.(mjo/SP)
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis