TIMIKA | PT. Carpediem Aviasi Mandiri memberikan santunan bagi keluarga korban Pesawat Twin Otter DHC6-400 dengan nomor registrasi PK-CDC yang jatuh di pegunungan Distrik Hoeya, Mimika, Papua, pada Rabu (18/9) lalu.
Manajer Operasional PT. Carpediem Aviasi Mandiri, Kapten Roy Yulius Rumuat mengatakan, pihaknya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam operasi pencarian Pesawat Twin Otter DHC6-400 dengan nomor registrasi PK-CDC, dan proses identifikasi.
Dari empat korban, Tim DVI Polri sudah berhasil mengidentifikasi dua jenasah, yakni Bharada Hadi Utomo dan Kapten Dasep Sobirin Ishak.
“Kedua jenasah ini sudah diberangkatkan ke rumah duka hari ini. Dan dari pihak maskapai juga ikut mendampingi,” kata Kapten Roy di Pusat Pelayanan Polres Mimika, Kamis (26/9).
Kata dia, untuk Bharada Hadi Utomo diberangkatkan ke Semarang. Selanjutnya akan antar melalui jalan darat ke Pati, Jawa Tengah, untuk disemayamkan dan dimakamkan oleh pihak keluarga.
Sementara untuk Kapten Dasep Sobirin Ishak sendiri diterbangkan ke Jakarta.
Tiba di Jakarta akan dilanjutkan dengan upacara seremonial penyerahan dari maskapai ke pihak keluarga di Bandara.
Selanjutnya, jenazah diantar oleh pihak maskapai ke rumah duka di Jati Asih, Bekasi.
“Untuk kedua korban ini, dari maskapai akan mengurusinya. Termasuk memberikan santunan dan asuransi yang ada. Namun untuk besarannya, menjadi wewenang bagian finance perusahaan,” katanya.
Sedangkan dua korban, masih diupayakan Tim DVI Polri untuk melakukan identifikasi.
Pihaknya juga masih melanjutkan pencarian kotak hitam di lokasi jatuhnya pesawat, namun hari ini terkendala dengan cuaca.
“Tim kami sudah di Ilaga dan siap membantu Komite Nasional Kesemalatan Transportasi (KNKT) untuk melakukan pencarian kotak hitam. Sehingga informasi penyebab dari kecelakaan pesawat ini bisa diketahui,” terangnya.
*Pesawat yang Hilang Kontak Masih Baru*
Kapten Roy juga menjelaskan, Pesawat Twin Otter PK-CDC yang jatuh merupakan pesawat baru yang dioperasikan di Mimika, Papua, sejak Oktober 2018.
Pesawat ini diproduksi di Canada pada Desember 2016.
Pihak maskapai mendatangkan dua pesawat pada Oktober 2018 lalu. Yakni, PK-CDC, dan PK-CDJ.
“Pesawat ini masih satu tahun beroperasi di Papua. Dan produksinya pun masih dua tahun dari Canada,” terangnya.
Kapten Dasep Sobirin Ishak merupakan kapten senior yang sudah memiliki jam terbang 10.000 kali. Dimana sebelum bertugas di Carpediem, almarhum pernah melayani di Buroq Airlines dan Spirit Avia Sentosa.
Sedangkan Co Pilot,Yudra Tetuko memiliki jam terbang 2.000 kali, dan pernah di bertugas di Avia Star yang beroperasi di Papua.
“Dengan kejadian ini, kami sangat kehilangan. Karena mereka adalah kru andal yang dimiliki PT Carpediem Aviasi Mandiri,” tuturnya.
Sementara menyangkut pelayanan yang dilakukan oleh PT Carpediem Aviasi Mandiri. Kapten Roy menjelaskan, Air Operator Certificat (AOC) atau ijin operasi PT Carpendiem adalah 135. Dimana melayani untuk carter, penumpang, dan barang.
Pada saat kejadian, pesawat ini sudah melakukan tiga kali penerbangan dengan rute yang sama. Dan untuk jumlah angkutan, berdasarkan manifest yang ada pesawat memuat 1,6 ton beras bulog, satu penumpang (Bharada Hadi Utomo). Sehingga total kapasitas yang diaungkut saat itu adalah 1,7 ton.
Reporter: Mujiono
Editor: Aditra
Tinggalkan Balasan