Sejak Tahun 2014 Angka Kemiskinan di Mimika Menurun

Sejak Tahun 2014 Angka Kemiskinan di Mimika Menurun
Kepala BPS Mimika Ir Trisno L. Tamanampo. (Foto: Misba/SP)

TIMIKA | Sejak tahun 2014 hingga 2018 jumlah angka kemiskinan di Kabupaten
Mimika, Papua terus menurun.

Badan Pusat Statistik (BPS) Mimika mencatat, tahun 2018  presentasi jumlah penduduk miskin (Po) berjumlah 14,55 persen dengan pengeluaran perkapita Rp762.188 perbulan, index kedalaman kemiskinan (P1) 3,81, serta index keparahan kemiskinan (P2) 1,69. 

Jumlah ini menurun dari tahun 2017 yang berada diangka 14.89 persen dengan P1 4.54, P2 2,36 dan pengeluaran perkapitan Rp684.272.

Sementara di tahun 2016, angka kemiskinan Mimika mencaapi 17.72 persen dengan P1 3.60, P2 1.51 dan pengeluaran perkapita Rp634.370.

Ditahun 2015 angka kemiskinan di Mimika ndengan presentasi jumlah penduduk (Po) berjumlah 16.20 persen dengan P1 5.02, P2 2.00 dan pengeluaran perkapita 597.620 perbulan dan 2014 berada di angka 16.11 persen dengan hitungan P1 2.92, P2 0.77 dan pengeluaran perkapita Rp535.342 perbulan.

Kepala BPS Mimika, Ir. Trisno L. Tamanampo menjelaskan, presentase Garis Kemiskinan (GK) dihitung dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). 

Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah GK dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Sementara GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

Sedangkan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

Menurut Trisno, presentase garis kemiskinan didapat dari survei langsung sesui dengan jumlah besaran penduduk per wilayah.

"Di kota jumlah sebaran penduduk banyak, maka survei perbloknya bayak di kota. Begitu sebaliknya jika di kampung penduduknya sdikit, maka blok surveinya sesuai bloknya juga sedikit," jelasnya dalam diskusi yang digelar Grup Eme Neme di salah satu cafe di Jalan Hasanuddin, Sabtu (23/11).

Ia menjelaskan, ketegori kemiskinan dibagi menjadi dua, yakni miskin makro dan mikro.

Untuk miskin makro data prsentase jumlah penduduk miskin dikeluarkan pertahun melalui sensus sosial ekonomi secara nasional.

"Untuk kategori miskin makro ini kita tidak tahu nama dan wilayah penduduk miskin pada daerah sensus,"katanya.

Metodologi penghitungan miskin makro dihitung berdasarkan garis kemiskinan makanan (2100 kilojalori perkapita perhari ditambah non makanan.

Sedangkan metodologi penghitungan miskin mikro dilakukan pendekatan kualitatif berdasar ciri-ciri RT.

 

Reporter: Misba
Editor: Aditra

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *