TIMIKA | ‘Buah Sombong’ atau pinang menjadi primadona masyarakat tak mengenal usia di wilayah Timur Indonesia, tak terkecuali di Bumi Cenderawasih, Papua.
Bagi para penikmat asal Papua, pinang sudah seperti permen bagi mereka. Meski dikenal ‘makan pinang’ tapi bukan berarti hanya buah pinang. Ini terdiri dari buah pinang, kapur dan sirih.
Pinang bagi orang Papua adalah sebuah budaya. Pinang menjadi salah satu buah yang pasti disuguhkan dalam berbagai macam upacara adat seperti pengantaran mas kawin, duka, dan syukuran lainnya.
Kepada Seputarpapua.com, salah satu penikmat pinang, Orang Asli Papua (OAP) menyebutkan, makan pinang bisa kalahkan ngantuk dan menjadi salah satu pelengkap saat sedang bercerita bersama sanak saudara maupun rekan-rekan.
“Manfaatnya saat aktivitas. Pinang itu penyemangat, saat ngantuk terus kita makan pinang bisa lebih fresh, di tempat dingin kita rasa tubuh kita lebih hangat entah itu karena sirih atau kapur yang buat tubuh jadi lebih hangat,” kata Alex Rumanasen, salah satu penikmat pinang asal Biak yang tinggal di Timika, Minggu (14/3/2021).
Alex mengatakan, dalam satu hari dirinya bisa merogo kocek antara Rp20 ribu hingga Rp50 ribu untuk membeli pinang.
“Dalam sehari saya konsumsi paling dua tumpuk, kalau di Timika dua tumpuk ada 12 buah, itu pun kalau saya sendiri, kalau dengan teman palingan makan sampai empat tumpuk,” kata Alex.
Alex mengatakan, dirinya menyukai pinang karena pinang memang sudah melekat pada diri orang Papua, dan menyatu serta menjadi budaya yang tidak bisa dihilangkan.
- Tag :
- Makan Pinang,
- Pinang,
- Pinang Papua
Tinggalkan Balasan