Sementara untuk fidyah, bagi masyarakat yang kurang mampu Rp30 ribu per hari atau setara dengan harga lalapan ayam di Mimika. Sedangkan menengah ke atas Rp35 ribu untuk satu hari puasa yang ditinggalkan.
“Fidyah adalah pengganti dari suatu ibadah yang telah ditinggalkan, berupa sejumlah makanan yang diberikan kepada fakir miskin,” jelasnya.
Umar Habib menjelaskan, yang melatarbelakangi adanya perbedaan dalam pembayaran zakat fitrah adalah masalah keadilan.
Dalam arti, jika pembayaran zakat fitrah itu disamaratakan, maka rasanya tidak adil. Hal ini kembali lagi bahwa zakat fitrah ini membayar dengan makanan pokok sehari-hari yang dimakan.
“Untuk dua pilihan ini kami sudah survei ke beberapa toko, hasilnya memang variatif, sehingga kami simpulkan rasanya tidak adil kalau disamaratakan,” tuturnya.
Terkait pembayaran, apabila ada masyarakat yang masuk golongan menengah ke atas tetapi membayar zakat fitrahnya Rp35 ribu, maka yabg dibutuhkab adalah kejujuran umat muslim di Mimika.
“Kami sudah sampaikan di setiap unit pengumpul zakat (UPZ) bahwa masyarakat ada dua pilihan dalam pembayaran zakat. Dengan begitu terserah masyarakat mau memilih membayar yang mana,” ujarnya.
Ia menambahkan, untuk pembayaran zakat fitrah bisa dilakukan di masjid-masjid dan 74 UPZ yang tersebar di seluruh kota Timika dan sekitarnya.
Jumlah UPZ ini mengalami peningkatan dibanding tahun lalu, yang hanya 32 UPZ.
“Kami harap, pembayaran zakat maksimal H-2 sebelum Idul Fitri. Karena, kalau lewat itu kasihan para mustahik yang menerima tidak bisa memanfaatkanya untuk merayakan hari kemenangan Idul Fitri,” himbaunya.
- Tag :
- BAZNAS Mimika,
- Fidyah,
- Umar Habib,
- zakat fitrah
Tinggalkan Balasan