Tiga greenhouse masing-masing berukuran kurang lebih 2×3 meter² berdiri di depan rumah papan yang beralamat di Kampung Mulia Kencana SP7, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Perasaan takjub muncul ketika melihat tiga greenhouse tersebut. Pasalnya semua dipenuhi dengan buah anggur yang masih berwarna hijau.Tak sedikit pula buah yang mulai berwarna memerah.
Tak hanya anggur, sekeliling rumah sederhana tersebut juga dikelilingi dengan berbagai tanaman mulai dari rambutan, durian, buah srikaya, jambu air, jeruk, cabai, dan tanaman lainnya yang tentu memanjakan mata.
Lokasi tersebut milik seorang pria berusia 39 tahun, yakni Ahmad Rizki. Ahmad Rizki adalah seorang karyawan swasta namun memiliki hobi berkebun.
Salah satu tanaman yang dikembangkan adalah anggur. Siapa sangka dengan cuaca Timika yang tidak menentu dan curah hujan yang tinggi, Rizki membuktikan tanaman tersebut juga bisa dikembangkan di kota hujan ini.
Karena curah hujan, Rizki juga sempat mengalami kegagalan mengembangkan tanaman anggur.
“Sebenarnya ini awal dari hobi saya, saya lihat di media sosial, saya berpikir tempat lain kok bisa kenapa di Timika tidak bisa,” kata Rizki kepada Seputarpapua.com, Minggu (19/2/2023).
Bahkan, ketika ia mau memulai, banyak yang berpendapat bahwa di Mimika susah berkembang kalau tanam anggur. Apalagi di SP7 dengan kondisi tanah lumpur dan rawa.
Awalnya tahun 2019, ia mencoba membeli bibit di Timika namun ternyata menurutnya jenis yang dibeli tidak bisa dimakan. “Jadi sepertinya saya tertipu, ini tidak valid, padahal beli dengan harga Rp100 ribu satu batang,” katanya.
Karena rasa ingin tahunya, ia mencoba memesan dari luar dan ternyata budgetnya lebih murah, pasalnya Rp100 ribu ia bisa membeli 10 cutting anggur jika ditambah ongkos kirim berkisar Rp200 ribu.
“Dari pada beli bibit di sini (Timika) 100 ribu dapat satu saja,” ujarnya.
Ia mulai mencoba menanam dan sempat subur namun terkalahkan dengan ekstrimnya cuaca Mimika, intensitas hujan yang tinggi menyebabkan tanaman tersebut mati.
Namun, Rizki tak mudah putus asa, dengan dukungan istri, meskipun gagal, menurutnya harus evaluasi dan mencoba lagi.
Akhirnya ia mencoba memesan bibit lagi dengan jenis lain yakni jenis Red Master dan Anggur Alphonso.
“Karena faktor cuaca lagi, pada mati lagi. Matinya tidak secara langsung tapi pertumbuhan mulai tidak stabil, penyakit akhirnya berpengaruh,” ujarnya.
Lalu ia mencoba memesan jenis impor lainnya seperti transfugiration, ineligible, dan avverest namun masih sering mendapatkan tantangan.
Kemudian, ia mencoba berdiskusi dengan rekan-rekannya yang perpengalaman menanam anggur, ternyata ada masalah misalnya di media tanam, banyak hal yang di coba mulai dari jenis media tanam, jenis tanah, pola penanaman, semua ia coba namun sering mengalami kegagalan selama 3 tahun berjalan.
Tampak beberapa buah anggur yang sudah mulai berwarna kemerahan (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)
Ia kemudian menonton di YouTube, dan mencoba belajar secara otodidak. Ia mencoba menyambung satu batang anggur dengan mengawinkan tiga jenis tanaman anggur dalam satu pohon.
“Saya uji coba, perdalam dengan belajar dari YouTube. Kalau seandainya masa vegetatif pertumbuhan, pupuknya seperti apa. Setelah masa genetatif pembuahan saya lihat proses di YouTube akhirnya saya aplikasikan walaupun kadang semacam PHP, tapi ternyata lambat laun muncul bunga, berarti metode ini efektif,” jelasnya.
Akhirnya ia mulai mencoba dengan asupan pupuk, dan hingga kini, tanaman anggur miliknya telah berbuah dan telah di panen selama empat kali.
Tiga tahun berjuang mencari pola menanam anggur, Rizki mulai mengerti dengan pola yang ia pakai saat ini, jika ditanam sekitar 6-8 bulan pohon sudah bisa berbuah.
Menurut Rizki, saat ini petani harus bisa berkompetisi mencari pola tanaman yang agak susah di tanam agar minim persaingan.
“Kalau kita mengikuti hal-hal yang biasa, sudah biasa, semua orang bisa. Resikonya kita disaingi apalagi mungkin masalah modal yah lambat laun kita tersingkir,” ujarnya.
Impian dari Rizki bisa memberikan motivasi kepada generasi muda khususnya yang ada di Kampung Mulia Kencana agar bisa mandiri meskipun banyak tantangan.
“Siapa saja mau belajar saya tentu membuka diri. Di sini ada bibit juga yang sudah saya kembangkan,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga punya mimpi bisa mengembangkan anggur lebih luas agar satu waktu bisa membuat satu tempat wisata kebun anggur untuk masyarakat bisa menikmati anggur sekalian berwisata.
Saat ini, meski belum membuka peluang untuk produksi, namun anggur milik Rizki sudah mulai di lirik oleh pemerintah. Beberapa waktu lalu ia menerima kunjungan dari Kepala Dinas Pertanian, Rombongan Asisten III Setda Mimika, juga Dinas Kominfo Mimika.
“Harapannya yah kedepannya siapa tau bisa, saya sendiri ketua kelompok Tani Mandiri, sudah resmi lah di dinas pertanian harapannya terdukung oleh instansi terkait ibaratnya saya sendiri belajar semoga bisa berhasil dengan dukungan instansi yang ada,” ungkapnya.
Namun target Riski tetap optimis akan mengembangkan tanaman anggur ini lebih luas.
“Kalau ada dukungan pasti cepat prosesnya tapi jika tidak tetap saya akan terus mencoba mengembangkan meskipun tertatih-tatih, agar tidak hanya diam di tempat,” ungkapnya.
Merawat anggur tentu tidaklah mudah. Membutuhkan waktu, tenaga yang cukup. Rizki harus pintar membagi waktu dengan pekerjaannya sebagai karyawan swasta, sehingga waktu untuk merawat tanaman pada waktu malam hari dan hari Sabtu, Minggu.
Di sela-sela waktu tersebut, namun ia juga sendiri tak hanya mengembangkan lahan di halaman rumah, namun ia memiliki satu lahan sekitar 1 hektar yang ditanamin ratusan pohon aplukat, yang ditargetkan satu hingga dua tahun lagi sudah bisa berproduksi.
“Memang cape tapi terobati karena apa yang ditaman sudah jadi, minimal bisa menghibur hati kalau pulang kerja lihat sekeliling ada tanaman rasa hati ini senang sekali, tiga tahun berjuang, tidak bisa menabung tapi tidak sia-sia apa yang diusahakan bisa terwujud,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis