Bulan Rabiul Awal menjadi bulan yang dinantikan umat muslim untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad Solallahu Alaihi Wasalam.
Peringatan maulid biasanya dirayakan dengan meriah di Kota Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Salah satu kemeriahan peringatan maulid ialah dengan membawa ember berisi makanan ke tempat peringatan maulid.
Daeng Anwar, mencari rejeki dan keberkahan di bulan maulid ini dengan menjual ember maulid yang diberi hiasan.
Sudah tiga tahun, ayah dua anak ini menjual ember hiasan di Timika setiap kali datangnya bulan maulid.
28 September bertepatan dengan 12 Rabiul Awal, hari kelahiran Nabi Muhammad, hari itu biasanya majelis-majelis taklim, kerukunan, masjid sampai sekolah-sekolah mengadakan peringatan maulid.

Pria yang akrab disapa Papi Anwar ini sudah menyiapkan dan menjual ember ember hiasan ini sejak awal bulan maulid.
“Karena kebanyakan ibu-ibu di Timika mau yang praktis,” katanya saat diwawancara di lapaknya di Jalan Yos Sudarso, depan Lapangan Jayanti, Rabu (27/9/2023).
Anwar menjual ember yang dihias ini ada yang kosong, ada juga yang sudah sepaket dengan isinya yang terdiri dari berbagai jenis makanan khas Bugis-Makassar.
Untuk harganya juga bervariasi, ember hiasan yang kosong dijual dengan harga mulai Rp60 ribu sampai Rp75 ribu satu ember.
Sedangkan untuk yang sepaket dengan isiannya, dijual dengan harga mulai dari Rp150 ribu, Rp250 ribu, Rp500 ribu sampai Rp1 juta dan Rp1,5 juta.
“Isinya mulai dari ka’dominyya, buras, nasi kuning, goreng-goreng daging, ikan kambu, tumpi-tumpi, ikan goreng, ayam kecap, ikan bakar dan kue bolu. Itu tergantung harganya,” terang Anwar.
Sampai hari ke 11 bulan rabiul awal, setidaknya sudah lebih dari 200 ember terjual baik yang kosong maupun yang dengan isinya.
Pembelinya juga beragam, ada yang satuan beli langsung di lapak, ada juga yang dipesan oleh kerukunan.
“Dari kerukunan Pallawa, Pilar Bone, Maros itu ada yang pesan 30 sampai 50 ember itu dengan isi langsung,” katanya.
Untuk membuat ember-ember hiasan ini, pria yang kesehariannya menjual nasi kuning ini dibantu istri, anak dan menantunya.
Meskipun ember dan isiannya khas dari suku Bugis, tetapi pembelinya tidak hanya orang Bugis. Banyak juga dari suku lain yang membeli.
Anwar mengungkapkan, untuk keuntungannya bisa dibilang tidak seberapa, karena modal untuk membuat ember dan hiasannya juga cukup besar.
Bahkan, kebanyakan keuntungan dari penjualan ember dengan isian ini ia gunakan untuk bersedekah.
“Misal di masjid ada yang pesan banyak, itu saya tambahkan 5 atau 10 ember. Jadi itu, keuntungan dari pesanan itu yang saya sumbangkan,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan