Cerita Sejarah Penyebaran Gereja Kingmi di Daerah Amungsa

Umat Gereja Kingmi saat mengikuti ibadah syukur HUT Injil Masuk di Pegunungan Papua, Jumat (13/1/2023). (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)
Umat Gereja Kingmi saat mengikuti ibadah syukur HUT Injil Masuk di Pegunungan Papua, Jumat (13/1/2023). (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)

TIMIKA | Hari ini, Jumat (13/1/2023), umat Gereja Kemah Injil (Kingmi) di tanah Papua memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Injil Masuk di Pegunungan Papua yang ke 84.

Dalam perayaan yang dilaksanakan di Gereja Marten Luther Mile 32, Sekertaris II Klasis Timika Utara, Amos Dogomo membacakan sejarah singkat penyebaran Gereja Kingmi di Daerah Amungsa (Mimika).

Kingmi di Tanah Papua adalah anggota
persekutuan gereja-gereja injili indonesia (PGII).

Cikal bakal gereja ini dari the Christian And Missionary Alliance (C&Ma) yang didirikan pada tahun 1897 oleh Albert Benyamin Simpson seorang keturunan Skotlandia berkebangsaan Canada.

A.B. Simpson percaya bahwa Yesus Kristus akan datang kembali kedunia setelah semua bangsa di injili.

Demikian untuk mewujudkan apa yang dipercaya olehnya melalui lembaga yang didirikan, 250 misionaris dikirim sepuluh negara termasuk Hindia Belanda (yang disebut Indonesia pada zaman penjajahan).

Pada tanggal 29 oktober 1919 A.B. Simpson dipanggil oleh Tuhan, dan visinya dilanjut oleh dr. Robert A. Jaffray, dalam suatu pertemuan ia diutus untuk datang ke indonesia dan tiba di pulau Jawa pada tanggal 29 juni 1929 sekaligus memulai pelayanannya di Indonesia bagian barat.

Pada tahun 1938 setelah Jaffray melayani di pulau lain di Indonesia, ia mengarahkan pelayanannya ke arah timur dimana terbitnya matahari Nieuw Guinea yang kini disebut Papua dan mengadakan kontak dengan pemerintah Belanda di Fak-fak sekaligus meminta surat izin pelayanan dipedalaman Irian Jaya dan permohonan tersebut dikabulkan oleh pemerintah Belanda.

Setelah mengantongi surat izin pelayanan tersebut Jaffray menawarkan dua orang misionaris mereka yaitu Walter Post dan Russerll Deibler dan bersedia merintis disekitar danau-danau Wissel.

Rute yang mereka tempuh adalah dari muara kali Uta dalam bahasa Mee disebut Yawei yang berarti ‘silahkan lewat’.

Kedua perintis kawakan tersebut, memiliki keyakinan bahwa, “kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dapat dipercepat dengan memberitakan injil di seluruh dunia sehingga
hal ini menjadi kesaksian bagi semua bangsa” seperti terdapat dalam injil Matius 24:14.

Oleh tuntunan Tuhan Allah, kedua hamba Tuhan ini menginjakan kakinya di Uta mengikuti Muara Yawei dan tiba di Enarotali pada tanggal 13 januari 1939 dimana orang Mee berada dan disitulah dijadikan sebagai pusat pelayanan C&Ma bagi pulau Papua.

Pada tahun 1948 mereka membuka sekolah Alkitab persiapan di Enarotali untuk mengkader misionaris lokal.

Angkatan pertama pada sekolah Alkitab persiapan adalah Bernadus Pigome, Zeth Yeimo, Matius Tebay, Tomas Adii, dan Elisa Gobay yang ditamatkan pada tahun 1952, demikian mereka tersebar ke daerah-daerah sekitarnya sampai di lembah Baliem.

Pada tahun 1949 Tuan Troutman bersama Titahelu dan beberapa orang Mee masuk ke lembah Kemandoga yang dimana didiami oleh suku Zunggundu yang disebut suku Moni yang mempunyai ramalan bahwa Azi Dole atau berita keselamatan akan datang dari arah barat.

Hal ini digenapi tatkala duta-duta Kristus masuk di lembah Kemandoga dari arah barat dari suku Moni dia adalah Tuan Mickelson dan melalui hasil pelayanannya muncullah seorang penginjil muda yang memiliki semangat yang gilang, dialah Ototome Maiseni yang sudah berusia 60 tahun masih menjabat sebagai ketua pekabar injil di daerahnya.

Pelayanan di daerah Moni berjalan terus ke arah terbitnya matahari dan pada tahun 1951 Troutman, Titahelu, G.Ros
dalam bahasa Damal disebut Tuan Mot dengan beberapa orang Mee masuk ke Lembah Ilaga dimana Dani Barat dan suku Uhundu atau Damal berada.

Pada tahun 1957 di Ilaga seorang kepala suku yang bernama Den mengadakan upacara pembakaran jimat-jimat akibat gerakan kebangunan rohani demikian perbuatan Den didukung secara mayoritas dan pelayanan masih terus berlanjut.

Pada tahun 1960 pos pelayanan mulai dibuka di Beoga oleh Gibons bersama Rose sekaligus membuka sekolah Alkitab bahasa Damal.

Hasil pertama pada tahun 1968 telah menamatkan lima siswa masing-masing mereka adalah Adam Kum, Elimelek Komangal, Yakob Kiwak, Yohanes Uamang, Yahya Markus. Mereka ini adalah perintis daerah Amungsa dari Duma, Daa sampai Waukuruk, Agimuga sampai Mimika Barat, dan Geselema sampai Jigimugi.

Demikian dengan semangat pengabaran injil yang dimiliki oleh tenaga penginjil pribumi di beoga pada tanggal 6 april 1962 dari Zending C&Ma menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada gereja nasional yang disebut Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia yang singkat menjadi Kingmi, supaya melalui lembaga baru yang didirikan ini visi dan misi penginjilan jilid pertama diteruskan dan membuka pos pelayanan sebanyak-banyaknya di Irian Jaya.

Demikian masyarakat pribumi pada saat itu dengan sukacita menyambut atas kepercayaan yang baru diserahkan ditandai dengan pesta buah merah.

Pada tahun 1954 Menangkai Ogol Magai dan Kainajolan Ogol Magai diutus sebagai saksi ke Ilaga untuk memastikan bahwa apakah benar misi pengabaran injil sudah masuk atau tidak dan ternyata benar ada injil yang diberitakan disana.

Setelah menyaksikan kedua saksi kembali ke Jila untuk menyampaikan bahwa benar injil sudah masuk di Ilaga dan seluruh masyarakat Amungme siap menerima
Zending C&Ma terutama kampung Kenemkotki menjadi tempat pertahanan Kingmi dan tanpa dipengaruhi dengan agama lain.

Tahun 1959 misi C&Ma, Tuan John Elemberger dan misionaris lokal Kama-kama Latotagan tiba di Jila dan diterima baik oleh Evan Ogol Magai dan Ewanpilik Ogol Magai di wilayah Amung dan kemudian Jila menjadi pusat pengabaran injil ke Timur dan Barat.

Tahun 1961 Tuan Wot dan Tuan Elemberger buka lapangan terbang di Jila dalam rangka melancarkan pengabaran injil di wilayah Amungsa.

Tahun 1962 pelayanan dibuka di daerah Ompliga, Bela, Alama dan sampai Mapenduma dimana suku Nduga berada, sekaligus membuka sekolah Alkitab di Kampung Dailugin Bela.

Tahun 1962 – 1963 di buka pos pelayanan di daerah Hoeya, Tsinga, Waa dan Aroanop.

Pada tahun 1975 Pendeta Abdiel Tinal setelah diutus sebagai pemantau daerah Amungsa, mengajukan surat permohonan ke sinode Kingmi Irian Jaya untuk memekarkan klasis baru dari klasis induk Jila dengan nama Klasis Tembagapura di Tembagapura.

Pada tahun 1984 karena menurut mereka, ruang gerak pelayanan sangat sempit, maka tempat Klasis Tembagapura dipindahkan di Timika dengan nama daerah Mimika sekaligus terjadi perubahan nama gereja dari Kingmi Irian Jaya menjadi GKII Wilayah Irian Jaya.

Oleh karena kepentingan para misionaris melalui Konas II GKII di Bali, pada waktu itu juga kepemimpinan masih dipegang oleh Pendeta Abdiel Tinal sebagai ketua
daerah sampai tahun 1996.

Pada tahun 1996 dalam konferensi daerah Mimika ke-I tongkat kepemimpinan dalam lingkungan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) daerah Mimika jatuh dipundak Ev.Ishak Onawame, dalam konferensi tersebut, ia ditahbiskan menjadi pendeta berlanjut sampai tahun 2006.

Pada tahun 2006 terjadi perubahan nama dan sistem organisasi berdasarkan amandemen anggaran dasar GKII pasal 19 ayat 2 dan 3 melalui konferensi nasional GKII yang ke-IV di Bogor hingga yang tadinya GKII Wilayah Papua berubah menjadi Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua melalui konfeensi GKII Wilayah Papua yang ke-VIII di Nabire tahun 2006.

Pada tahun 2006 Pendeta Ishak Onawame selaku ketua daerah GKII Mimika disela-sela melakukan tugasnya ditangkap oleh TNI/Polri yang menurut umat ia ditangkap secara tidak profesional.

Ketika Pendeta Ishak berada dalam lembaga Mapolri Jakarta, ia mendengar kabar perubahan nama dan sistim gereja tersebut. Ia lalu menelpon ke ketua klasis Mimika masa transisi 2006 bahwa ‘walaupun kini saya berada dalam penjara, tetapi kalau papua 2009 sudah kembali menjadi Kingmi berarti anggaplah saya bebas dari penjara’.

Setelah Pendeta Ishak bebas dari penjara, ia dipercayakan kembali menjadi ketua klasis melalui konferensi I Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua Klasis Mimika untuk
melanjutkan kepemimpinannya sampai tahun 2017.

Pada periode tahun 2027-2022, Pendeta Henokh Nawipa menjadi ketua klasis melalui konferensi klasis.

Periode berikutnya yaitu tahun 2022- 2027 Pemdeta David Onawame menjadi ketua klasis dan batas wilayah pelayanan Klasis Mimika dari arah Timur Agats ke Kapiraya arah Barat dan dari arah Utara Kuala Kencana ke Mimika Pantai arah selatan.

Setelah melakukan pengabaran injil oleh para misinoris dan hamba Tuhan lokal di bumi Amungsa, sebelumnya lima klasis dalam wilayah pelayanan koordinator Amungsa, namun pada tahun 2021 melalui konferensi Sinode XI mekarkan satu Klasis definitif dari Klasis Mimika yaitu Klasis Timika Utara dan menjadi ketua klasis ialah Pendeta Lukas Hagabal.

Koordinator Amungsa yang membawahi enam klasis sebelumnya dibawah kordinator Puncak.

Sebelumnya, melalui konferensi Sinode X wilayah Papua di Dogiyai pada tahun 2015 ada beberapa pemekaran koordinator dilakukan sesuai pengajuan proposal, salah satunya koordinator Puncak Selatan, selanjutnya diubah menjadi kordinator Amungsa.

Pendeta Nikolaus Mom, S.Th menjadi  koordinator Puncak Selatan Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua pada periode tahun 2015 – 2022.

Namun Pendeta Nikolaus tidak sampai pada akhir masa jabatan karena meninggal dunia dalam pelayanan pada tahun 2021.Masa transisi jabatan koordinator diisi oleh Pendeta Obet Jawame.

Dalam konfrensi sinode XI di Timika pada tahun 2021, Pendeta Obet Jawame akhirnya dilantik menjadi koordinator Amungsa periode tahun 2022-2027.

Tuntutan pengabaran injil Kristus terus berlanjut, sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua mencanangkan penginjilan jilid II dengan orientasi pelayanan menata diri, keluarga serta menggali dan memperdayakan potensi umat sesuai profesi yang dimiliki oleh semua komponen untuk menabur benih kebenaran, kebaikan, damai sejahtera mulai dari diri, keluarga dengan menjungjung tinggi nilai-nilai kerajaan Allah.

Oleh pertolongan Tuhan secara statistik Gereja Kemah Injil (kingmi) di Tanah Papua kordinator Amungsa memiliki 6 klasis dan ratusan Jemaat dan Pos PI dan umat.

penulis : Kristin Rejang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *