Daun Mangrove Acanthus Jadi Pilihan Baru Pecinta Teh

Teh Acanthus produksi mama-mama Kampung Pigapu, Mimika, Papua dipajang dalam Pameran UMKM di GSG Emeneme Yauware Timika, Selasa (12/10/2021). (Foto: Yonri/Seputarpapua)
Teh Acanthus produksi mama-mama Kampung Pigapu, Mimika, Papua dipajang dalam Pameran UMKM di GSG Emeneme Yauware Timika, Selasa (12/10/2021). (Foto: Yonri/Seputarpapua)

TIMIKA | Tanaman Mangrove dari jenis Acanthus Ilicifolius atau biasa disebut daruju sekarang dapat menjadi pilihan menarik bagi para pecinta teh.

Pasalnya, daun teh tanaman bakau ini mengandung antioksidan atau penangkal radikal bebas dalam tubuh manusia.

Di Mimika, Papua, Kelompok Tani Pigapu Aimapuramo sudah sadar manfaat teh ini. Kelompok yang didominasi oleh Mama-mama Papua dari Suku Kamoro ini, sejak 2018 sudah berlatih membuat ekstrak teh dan saat ini, produk teh rumahan itu sudah mulai dikemas secara moderen serta dipasarkan melalui pameran, festival budaya dan bahkan di PON XX Papua klaster Mimika.

Berlinda Mawane Makapoka, petani teh asal Pigapu mengatakan, dengan memproduksi teh ini selain dapat menikmati dampak ekonominya juga berdampak bagi kesehatannya.

“Mama punya kaki luka ini, dulu tidak sembuh-sembuh. Sampai bertahun-tahun. Tapi waktu Mama minum ini, sudah dua tahun ini, Mama punya kaki ini sembuh, bersih,” kata Berlinda saat dijumpai di Tenda Penjualan, GSG Emeneme Yauware, Timika, Selasa (12/10/2021).

“Hasilnya, Mama juga pakai untuk beli adik punya baju seragam sama bayar kebutuhan adik sekolah di Jakarta,” lanjutnya.

Dikatakan Mama Berlinda, pada masa dahulu, para leluhur memakai daun daruju sebagai pengganti tembakau. Meski belum terbukti secara ilmiah, menurut Berlinda, tembakau dari acanthus tidak menyebabkan sesak dada.

“Tapi sekarang kita jadikan ini teh. Kita minum tidak pakai gula. Orang di kampung jadi kuat kerja juga,” kata Berlinda.

Pengetahuan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Pigapu Aimapuramo memang tidak terlepas dari pendampingan oleh Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua dan Yayasan Ekologi Sahul Lestari.

Pendamping Lapangan Yayasan Ekologi Sahul Lestari, Dr Dendy Sofyandy menjelaskan, pendampingan yang dilakukan pihaknya bertujuan untuk mengkampanyekan produk hutan bakau non kayu. Teh mangrove menjadi pilihan karena memiliki manfaat bagi kesehatan dan diyakini bernilai secara ekonomis.

Dijelaskan, melalui dukungan dana dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pihak Yayasan melakukan pendampingan produksi hingga pemasaran. Bahkan saat ini melalui Program Desa Berinovasi mendapatkan dukungan dana dari Bank Papua untuk permodalan.

“Yang membedakan mangrove kita dengan yang lainnya (di Indonesia), itu mangrove kita ini masih alami. Dan Mama ini melakukan pemetikan itu tidak jauh dari rumahnya. Yang paling penting, teh ini mengandung antioksidan bagi tubuh kita,” terang Dendy.

Proses produksi teh ini, menurut Dendy juga terlalu sulit. Kelompok tani Pigapu membagi tugas dalam kelompok, mulai dari pemetikan, pencacahan, penjemuran hingga pengemasan.

“Semua itu dilakukan kira-kira dua mingguan,” kata Dendy.

Jauh sebelumnya, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Cabang Mimika juga telah melakukan pendampingan yang sama sejak tahun 2018.

Kepala Cabang Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Mimika, Maryana J E. Hamadi di waktu yang sama mengatakan, saat ini pihaknya masih berusaha mendanai pendampingan dan pelatihan terhadap kelompok tani melalui dan APBD Provinsi. Meski demikian, dengan keterbatasan pendanaan dari Pemerintah, pihaknya juga membuka peluang bagi pendonor di tingkat Lembaga Swadaya Masyarakat dan BUMN.

Saat ini yang menjadi fokus adalah agar para petani ini memiliki izin edar produk olahan mereka. Meski begitu, saat ini para petani sudah mengantongi izin edar Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika.

“Tapi kami saat ini masih berusaha terus agar produk ini memiliki izin edar dari BPOM,” terang Marya.

Ace Baehaki dalam Jurnal Teknologi Hasil Perikanan bertajuk Uji Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Teh Daun Daruju (Acanthus Illicifolius) tahun 2020 yang diterbitkan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya menyebutkan, ekstrak kasar minuman teh daun acanthus atau daruju ini memiliki senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan.

Penelitian itu menyebutkan, hasil aktivitas antioksidan metode DPPH bernilai sedang terdapat pada ekstrak daun daruju kering dengan nilai IC50 101,4 ppm dan ekstrak minuman teh daun daruju dengan penyeduhan yaitu 294,9 ppm. Sedangkan metode daya reduksi, kata Baehaki, juga menunjukkan hasil terbaik pada ekstrak daun minuman teh daruju dengan perebusan.

Hal yang sama, Lisa Oktari Anggraini dalam Skripsi Pengayaan Varian Rasa Teh Acanthus Ilicifolius Terhadap Antioksidan dan Tingkat Kesuksesan Konsumen yang diterbitkan Departeman Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara tahun 2020 menyimpulkan, hasil uji organoleptik teh daun jeruju (Acanthus ilicifolius) menunjukkan bahwa pada perlakuan 50% + 50 % dengan penambahan rasa jeruju + melati memperoleh nilai tertinggi pada skala numerik 4 dengan keterangan suka yaitu sebesar 71,5%, 74,3% dan 80%.

Hasil pemeriksaan aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometer UV visibel pada jeruju dengan perlakuan 100%, menurut Lisa, memiliki nilai IC50 sebesar 102,35 dengan keterangan sedang. Namun dengan penambahan melati aktivitas antoksidan berubah menjadi kuat. 

“Dengan penambahan variasi rasa pada teh jeruju maka tingkat kesukan masyarakat terhadap teh meningkat,” sebut Lisa.

penulis : Yonri
editor : Mish

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *