Halal Bi Halal Pemkab, Ketua MUI: Mimika Adalah Tenda Besar Menaungi Semua Agama

Foto bersama usai acara Halal Bi Halal di Halaman Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Mimika, Kamis (2/6/2022) (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)
Foto bersama usai acara Halal Bi Halal di Halaman Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Mimika, Kamis (2/6/2022) (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)

TIMIKA | Pemerintah Kabupaten Mimika, Papua bersama Panitia Hari Besar Islam (PHBI) dan Ormas-ormas melaksanakan kegiatan halal bi halal di Lapangan Pusat Pemkab Mimika, Kamis (2/6/2022).

Asisten 1 Setda Mimika Yulianus Sasarari saat membacakan sambutan Bupati Mimika Eltinus Omaleng mengatakan, halal bi halal yang dilaksanakan bertujuan mempererat rasa persaudaraan antara Pemkab, BHBI dan Ormas-ormas serta masyarakat di Mimika.

“Semoga hubungan kerjasama antara pemerintah daerah, PHBI dan ormas serta seluruh masyarakat di Kabupaten Mimika akan tetap terjalin dengan baik,” katanya.

Silahturahmi ini, kata Yulianus dapat dijadikan sebagai momentum yang mampu mensinergikan visi dari seluruh elemen masyarakat guna meningkatkan kehidupan bermasyarakat yang kondusif dalam rangka mewujudkan Kabupaten Mimika yang cerdas, aman damai dan sejahtera.

“Semoga kebersamaan kita dapat terus terbina serta silahturahmi ini bisa berjalan terus dengan baik,” ujarnya.

Membawakan hikmah halal bi halal, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Mimika, Ustad Mujammad Amin, Ar. S.Ag mengatakan esensi halal bi halal adalah saling memaafkan dan merajut silahturahmi.

Dikatakan, semua sering dihadapkan dengan seruan patuh terhadap protokol kesehatan selama pandemi, namun disisi lain, harus tegakan protokol keimanan juga.

“Kita tingkatkan protokol keimanan kita dengan kita kumpul di tempat ini di acara halal bi halal yang sangat luar biasa,” ujarnya.

Ustad Amin menjelaskan halal bi halal merupakan acara tradisi khusus Indonesia dan tidak dijumpai di negara lain.

Dimana petunjuk dari Nabi yang mengatakan ada orang bertemu lalu menjulurkan tangannya, berjabat tangan tidak lepas tangannya kecuali diampuni segala dosa-dosanya oleh Allah SWT.

“Makanya penting bagi kita pasca lebaran ini kita berjabat tangan sekalipun kita masih membatasi diri dengan berjabat tangan,” ujarnya.

Halal bi halal adalah menjawab kegalauan dari presiden pertama Indonesia yaitu ir. Soekarno karena banyaknya kepentingan politik yang terjadi waktu itu dimana umat, anak bangsa sulit untuk disatukan maka Ir. Soekarno mengundang organisasi termasuk diantaranya KH. Wahab Hasbullah pendiri nadhlatul ulama.

Presiden pertama itu meminta saran apa yang cocok dengan kata silahturahmi.

“Maka Hasbullah memberikan masukan bagusnya kita tidak menggunakan silahturahmi nasional tapi kita gunakanlah istilah Indonesia sendiri halal bi halal. Karena halal bi halal bukan ritual, bukan ibadah maka siapapun bisa melaksanakannya. Halal bi halal itu miliknya orang indonesia dari Sabang sampai merauke Ini adalah murni tradisi kita,” jelasnya.

Ustad Amin mengatakan, halal bi halal pasca lebaran idul Fitri adalah untuk saling maaf memaafkan, menyambut kebersamaan sekalipun berbeda agama, suku dan bahasa tapi disinilah pentingnya yang namanya halal bi halal untuk semua sama-sama saling menghalalkan, benang kusut selama ini diurai sedemikian indahnya dalam balutan silahturahmi.

Ia mengapresiasi moderasi beragama di Mimika yang terbangun dengan baik. Dimana ada kata toleransi yang digaungkan oleh pemerintah saat ini yaitu bagaimana umat beragama memahami yang namanya moderasi.

“Yang mau dimodernkan bukan ajarannya. Ajaran masing-masing agama sudah baku, setiap agama punya ajaran yang dipercayainya. Dan kita bersyukur sampai saat ini tidak ada masalah tentang agama yang kita peluk masing- masing, dan sampai saat ini kita bersyukur Indonesia masih utuh dalam bingkai NKRI. Itulah yang terjadi di Timika Moderasi terus dibangun, kebersamaan juga terus terbangun,” tuturnya.

Menurutnya, meskipun berbeda agama, suku, bahkan bahasa tapi semua sama dalam bingkai NKRI.

“Momentum halal bi halal kita ambil hikmah bahwa Timika adalah tenda besar kita menaungi semua agama, semua bahasa, suku. Tidak ada yang berlebih, tidak ada yang mayoritas, minoritas kita sama,” pungkasnya.

 

penulis : Kristin Rejang
editor : Aditra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *