TIMIKA | Sejak 23 Maret, Pemda Mimika melalui Tim Gugus Penanganan Covid-19 mulai menerapkan social distancing atau pembatasan sosial.
Masyarakat dipebolehkan beraktivitas di luar rumah termasuk aktivitas jual beli di pasar dan pertokoan serta pedagang kaki lima mulai pukul 06.00 WIT hingga pukul 14.00 WIT.
Setelah pukul 14.00 WIT, masyarakat diharuskan tetap berada di rumah. Kebijakan ini diterapkan demi memutus rantai penyebaran virus Corona di Mimika.
Dilain sisi, kebijakan ini berdampak pada mereka yang menggantungkan hidup pada pendapatan harian.
Seperti Mama Rika. Wanita asal Suku Kamoro ini mengeluh. Hasil dagangannya di Pasar Sentral tidak laris seperti sebelum virus Corona masuk Mimika.
Saat diwawancarai Seputarpapua.com di Pasar Sentral Timika Mama Rika mengatakan, ia dan Mama-mama Papua lainnya yang berjualan di Pasar Sentral sudah mengikuti instruksi Bupati Mimika Eltinus Omaleng untuk berjualan mulai pukul 06.00 WIT hingga pukul 14.00 WIT. Sebelum wabah Corona, Mama-mama ini berjualan dari waktu siang hingga malam hari.
“Kami dari Pasar Sentral ini mulai wabah ada, kami biasa jualan dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang,” katanya saat diwawancarai di Pasar Sentral Timika, Rabu (15/4).
Kata Mama Rika, ia dan rekan-rekannya sudah menjalankan instruksi Bupati, namun di sisi lain pendapatan dari hasil jualan mereka menurun drastis.
“Kami ikuti aturan pemerintah, tapi kami pulang dengan hasil yang tidak mencukupi kami punya ekonomi,” tutur Mama Rika.
Bahkan kata Mama Rika, ada beberapa Mama-mama Papua lainnya hanya mendapatkan hasil jualan Rp5000 hingga Rp15000.
“Kerena hasil jualan tidak baik. Ada yang dapat 15 ribu, ada yang hanya 5 ribu,” tuturnya.
Kata dia, sebagian Mama-mama terkadang mengeluh karena tidak mendapatkan hasil sama sekali, sehingga dengan terpaksa mereka harus pulang jalan kaki ke rumah
” Bahkan saya sendiri harus jalan kaki dari sini sampai di rumah di Jalan Busiri” katanya.
Ia terpaksa berjalan kaki, karena hanya mendapatkan Rp5000 dari hasil berjualan. Sehingga Ia memilih untuk menyimpan uang itu untuk membeli kebutuhan lainnya.
“Karena 5 ribu di tangan jadi Mama simpan mungkin untuk beli minyak goreng ka,” ucapnya.
Mama-mama juga mengeluhkan sembako dibagi pemerintah kepada masyarakat, namun diantara mereka belum ada yang mendapatkan bantuan tersebut.
“Kami dengar di siaran itu ada sembako. Kapan baru mereka datang kasih untuk Mama-mama dengan Bapa bapa yang bajual di sini, khususnya OAP,” kata Mama asli Suku Kamoro itu.
Ia juga mengharapkan agar di situasi seperti ini pimpinan daerah bisa menemui mereka di pasar.
“Bukan turun langsung tatap muka dengan kami karena memang situasi seperti ini, mungkin dia bisa di mobil saja baru sampaikan ka, bicara dengan kami,” harapnya.
Tinggalkan Balasan