JAYAPURA | Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, Kamis (16/2/2023) telah menetapkan Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI periode 2023-2027, didampingi Waketum PSSI Ratu Tisha dan Zainudin Amali. Termasuk pada KLB telah ditetapkan 12 anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI.
Namun dari ke-12 anggota Exco PSSI tersebut, tidak ada nama perwakilan Papua yakni Rocky Bebena selaku Wakil Ketua Asprov PSSI Papua dan Jhon Wempi Wetipo selaku Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri). Kedua kalah dalam perolehan suara pada KLB PSSI tersebut.
Ke-12 anggota Exco tersebut yang terpilih yakni Muhammad (56 suara), Eko Setyawan (52 suara), Rudy Yulianto (51 suara), Juni Rahman (49 suara), Endri Erawan (49 suara), Vivin Cahyani (46 suara), Sumardji (44 suara), Piter Tanuri (60 suara), Arya Sinulingga (58 suara), Chairul Anwar (56 suara), Ahmad Riyadh (54 suara) dan Hasnuriyadi (48 suara).
Ketum PSSI terpilih, Erick Thohir meminta jajaran PSSI-nya kali ini harus memperbaiki sepakbola Indonesia menjadi lebih baik.
” Waktu itu saya bilang, saya bicara bahwa perlu nyali memperbaiki sepak bola Indonesia, tidak perlu teori. Hari ini kita sudah tidak bicara nyali lagi. Tapi kita bicara bagaimana nyali membuktikan memang kita berprestasi,” tegas Erick Thohir.
Mantan presiden klub Inter Milan itu meminta dukungan penuh kepada awak media untuk mengawasi pekerjaan PSSI, pasalnya media menjadi penjaga sepakbola yang bersih dari praktik mafia pengaturan skor.
“Saya berharap ini menjadi tujuan utama baru kita bicara prestasi. Tidak mungkin kita bicara prestasi tapi sepak bola tidak bersih. Ini tidak mudah,” tutupnya.
Sebelumnya, Rocky Bebena memilih maju sebagai anggota Exco PSSI lantaran punya tiga program penting yakni sepakbola transparan, sepakbola mandiri dan sepakbola fairplay.
“Contoh ketika kompetisi digulirkan semua yang terlibat itu perlu tau apa saja hak dan kewajibannya. Itu yang paling penting, karena kalau tidak kita akan berjalan dibawah bayang-bayang penyelenggara,” kata Rocky Bebena.
Selain itu, sepakbola mandiri dijelaskan bahwa sepakbola yang dikelola secara berkesinambungan, yang kelompoknya secara mandiri, baik yang ada ditingkat daerah, nasional maupun sepakbola amatir maupun professional harus benar-benar mandiri.
“Bagaimana kita mau bicara fair play tapi hari ini kita tidak menyelesaikan kompetisi yang sudah kita putuskan di dalam kongres. Kongres itu kan menjadi marwah dari sebuah keputusan. kalau kita sudah melanggar keputusan kongres, maka selanjutnya juga kita bisa melanggar yang lain-lainnya,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis