TIMIKA | Krisis air bersih sudah sejak lama menghantui wilayah pesisir Mimika. Nerbagai cara dilakukan namun semua seperti tidak memberi jawaban atas persoalan tersebut.
Namun kali ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mimika mencoba menjawab dan memberikan solusi krisis air bersih tersebut dengan menjadikan Kampung Atuka dan Kampung Kokonao sebagai pilot project upaya penanggulangan.
Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mimika Robert Mayaut mengatakan, untuk menjawab krisis tersebut pihaknya mencoba dua alternatif, pertama memanfaatkan teknologi untuk mengubah air payau menjadi air bersih.
“Tahun depan itu (mencoba memamfaatkan air payau), tahun ini perencanaan,” katanya saat ditemui di salah satu hotel di Jalan Cenderawasih, Mimika, Papua Tengah, Rabu (14/6/2023).
Kata Robert, selain menggunakan teknologi, pihaknya juga akan memanfaatkan tandon dan air hujan.
“Macam di Atuka kita mau fungsikan lagi yang tadah hujan yang satu kita mau pakai yang sumur dangkal yang sudah ada, sambil kita fungsikan kembali baru kita masuk dengan yang teknologi,” jelasnya.
Robert melanjutkan tahun ini PUPR fokus memanfaatkan tadah hujan dan sumur air dangkal yang nantinya disaring menggunakan filter.
“Seperti orang bikin air isi ulang itu, masalahnya tidak ada yang merawat alatnya, saringan yang harus ganti, kelemahan kita kan disitu, perawatan dan pengoperasian,” paparnya.
“Jadi kita akan hidupkan itu (sumur denhan filter) sama kita bikin bak tadah hujan untuk mengcover (pendukung) pelayanan air bersih sambil menunggu ini (teknologi mengubah air payau),” tambahnya.
Robert menegaskan pihaknya akan fokus terhadap pilot project tersebut, setelah nantinya berhasil maka akan diterapkan ke seluruh kampung di wilayah pesisir yang lain.
“Kalau (masyarakat pakai ember) itu kan yang setempat-setempat tadi (tadah air hujan dan sumur) kalau yang teknologi itu yang masuk ke rumah-rumah,” tutupnya.
Kepala Kampung Kokonao Onesimus Tawarepea saat ditemui Seputarpapua.com di Jalan Hasanuddin beberapa waktu lalu mengatakan persoalan air bersih memang menjadi pekerjaan rumah sejak lama.
“Kalau kita berangkat (penyelesaian masalah air bersih) ada bantuan dana Otonomi Khusus melalui Respek itu kita banyak bangun profil tank tahun 2004 sampai 2006,” katanya.
Setelah bertambahnya penduduk di sekitar Kokonao, akhirnya profil tank yang dibangun tidak mencukupi akhirnya pada kunjungan Gubernur Papua Barnabas Suebu pada 2007, Onesimus mengusulkan pembangunan air bersih, puskesmas dan PLN.
“Yang terwujud baru dua Puskesmas dan air bersih, meski ada bantuan air bersih itu juga masih kurang,” ungkapnya.
Onesimus melanjutkan jika musim hujan tiba, air bersih tidaklah sulit bagi warganya, namun pada saat musim kemarau hal itu menjadi persoalan.
Pada saat musim kemarau menurut Onesimus banyak warga yang memanfaatkan sungai atau air payau untuk mencukupi kebutuhan air bersih.
“Mungkin keluhan dari satu Kokonao (Distrik Mimika Barat) mungkin penambahan air bersih karena yang dibangun 2007 itu sampai sekarang itu dia punya solar cell, mesin dorong dari lokasi itu hilang semua, entah ada apa, ada apa tidak tahu,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis