Kekurangan Gizi Pada Anak Bisa Sebabkan Stunting

SOSIALISASI | Peserta saat mengikuti sosialisasi materi dan media KIE. (Foto: Anya Fatma/SP)
SOSIALISASI | Peserta saat mengikuti sosialisasi materi dan media KIE. (Foto: Anya Fatma/SP)

TIMIKA | Salah satu masalah yang menjadi perhatian utama saat ini ialah masih tingginya anak balita kerdil atau stunting. Bahkan di Indonesia 3 – 4 dari 10 diantaranya merupakan balita stunting.

Penjabat Sekda Mimika Jenny Usmani menjelaskan, stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis.

“Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun,” kata Jenny saat membaca sambutan dalam sosialisasi materi dan media KIE yang diselenggarakan BKKBN di salah satu hotel di Jalan Cenderawasih, Jumat (16/10).

Katanya, periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) seyogianya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas seseorang di masa depan.

Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya.

Penanganan stunting perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, masyarakat umum dan lainnya.

Lanjutnya, presiden dan wakil presiden berkomitmen untuk memimpin langsung upaya penanganan stunting agar penurunan prevalensi stunting dapat dipercepat dan dapat terjadi secara merata di seluruh wilayah Indonesia termasuk Mimika.

“Penurunan stunting memerlukan intervensi penanganan yang terpadu dari semua instansi baik vertikal seperti BKKBN maupun perangkat daerah, swasta, masyarakat dan keluarga yang mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif yang melibatkan pendekatan multisektor melalui sinkronisasi program baik skala nasional, lokal dan masyarakat di tingkat pusat maupun daerah,” jelasnya.

Salah satu upaya penurunan stunting adalah memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.

Pendidikan pengasuhan pada orangtua dapat berupa memberikan informasi pengasuhan terkait 1000 HPK melalui kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) pesatnya pada keluarga yang mempunyai anak dibawah dua tahun (Baduta).

Program Bina Keluarga Blita dan anak adalah wadah kegiatan keluarga yang mempunyai balita dan anak yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan perkembangan anak melalui kegiatan rangsangan fisik, mental, intektual, emosional, spiritual, sosial dan moral untuk mewujudkan SDM yang berkualitas.

“Melalui kegiatan ini diharapkan kita dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua atau keluarga yang memiliki baduta, ibu hamil dan calon ibu mengenai pengasuhan dan tumbuh kembang anak pada periode 1000 hari pertama kehidupan terutama dalam pencegahan stunting di Timika,” harap Jenny.

Ia menambahkan, anak Indonesia khususnya di Kabupaten Mimika masa depannya harus sehat, cerdas, kreatif dan produktif.

“Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung oleh pendidikan yang berkualitas maka mereka akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan daerah maupun bangsa. Sebaliknya jika anak-anak terlahir dan tumbuh dalam situasi kekurangan gizi kronis mereka akan menjadi Anak Kerdil atau stunting,” tambahnya.

 

Reporter: Anya Fatma
Editor: Misba Latuapo

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *