Lanjutnya, untuk kelompok Transportasi sebesar -0,52 persen dengan andil inflasi adalah -0,05 persen, kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar -0,07 persen dengan andil -0,00 persen.
Kelompok Rekreasi, Olahraga dan Budaya sebesar -0,28 persen dengan andil -0,00 persen, dan kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar -1,05 persen dengan andil -0,06 persen.
“Sementara itu, besaran andil subkelompok pendorong inflasi yaitu pada subkelompok barang dan layanan untuk pemeliharaan sejumlah tangga rutin sebesar 0,01 persen, Furnitur, perlengkapan dan karpet sebesar 0,01 persen, Alas Kaki sebesar 0,01 persen,” katanya.
Sedangkan besaran andil subkelompok penahan inflasi yaitu subkelompok makanan sebesar -0,32 Persen, oerawatan pribadi sebesar -0,03 persen, pengoperasian peralatan transportasi pribadi sebesar -0,03 persen.
“Faktor pendorong terjadinya Inflasi di Timika dilihat dari andil komoditas antara lain, kangkung, cabai rawit, ikan cakalang atau ikan sisik, ikan kakap putih, cabai merah,” jelas Trisno.
Adapun komoditas yang membuat penahan terjadi inflasi antara lain sawi hijau, ikan Mumar, bayam, udang basah, dan semangka.
Untuk perbandingan antar kota secara nasional dan antar kota di Pulau Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) pada Maret 2021 Timika mengalami deflasi sebesar -0,41 persen, Merauke mengalami inflasi sebesar 0,85 persen dan Kota Jayapura mengalami Inflasi sebesar 1,07 persen.
“Timika menempati urutan ke-82 di tingkat nasional dan ke-20 di tingkat Sulampua, Merauke menempati urutan ke-3 di tingkat nasional dan ke-3 di tingkat Sulampua, sedangkan Kota Jayapura menempati urutan ke-1 di tingkat nasional dan ke-1 di tingkat Sulampua,” katanya.
- Tag :
- BPS Mimika,
- Deflasi,
- Inplasi,
- Timika,
- Trisno L Tamanampo
Tinggalkan Balasan