Oleh karena itu, pihaknya sangat mengharapkan adanya dukungan dari masyarakat. Namun, kondisi yang terjadi justru masyarakat yang belum mendengar informasi secara umum, hanya mendengar informasi sepotong-sepotong, malah membuat aksi pemalangan terhadap puskesmas dan demo di kantor distrik, sehingga menimbulkan masalah.
Mengapa Dinas Kesehatan belum melakukan sosialisasi terkait hal ini ke masyarakat, kata Reynold, karena pihaknya belum memutuskan. Sebab, fasilitas kesehatan harus di set up, ada empat hal yang harus terpenuhi.
Tenaga kesehatan, yang tentu saja mempunyai kompetensi, sehingga harus menghitung tenaga rekayasa. Kalau saja kasus ini hingga Desember akan naik, dan jika saat ini tenaga mengalami kelelahan dengan empat shift, maka akan diatur dengan enam shift. Tetapi jika perjalanan kasus masih panjang, tentu akan kesulitan mendapatkan tenaga.
“Dokter sudah ada, tapi perawat, ada para medis dan penunjang medis harus ada,” katanya.
Selanjutnya alat-alat kesehatan, itu juga menjadi bagian yang penting hingga obat-obatan.
“Jadi ini masih kami susun, kemudian tentu saja akan ada simulasi-simulasi ketika pasien itu dirujuk atau setelah ditaruh di sini (Puskesmas Mapurujaya,red). Kemudian kalau dia berpindah dari gejala sedang ke berat, bagaimana langkah-langkah. Nah ini baru di persiapkan, baru direncanakan, tahu-tahunya sudah ada demo,” paparnya.
Dikatakan Reynold, akan ada dampak lain jika pasien dikeluarkan dari RSUD, baik yang gejala sedang atau yang sudah stabil. Maka itu pasien-pasien lain yang datang dengan non Covid-19 tentu saja bisa dilayani. Tetapi kalau kondisi hari ini semuanya penuh, dikhawatirkan pada akhirnya ada orang lain yang sakit atau keluarga sendiri.
Saat ini pasien yang dirawat di RSUD ada 63 orang, karena kapasitasnya 63 maka dinyatakan penuh. Di shelter ada 70, di RSMM sekitar 10, lantaran ada bangsal-bangsal yang juga ditutup, karena ada pasien non Covid-19 yang ditangani.
Tinggalkan Balasan