Misi Penghijauan Eks-Tambang Grasberg Digencarkan Freeport, ini Jenis Rumput yang Ditanam

Lanskap Grasberg yang diklaim PTFI sudah tidak aktif sebagai tambang terbuka, Senin (16/8/2021). (Foto: Yonri/Seputarpapua)
Lanskap Grasberg yang diklaim PTFI sudah tidak aktif sebagai tambang terbuka, Senin (16/8/2021). (Foto: Yonri/Seputarpapua)

TEMBAGAPURA | PT Freeport Indonesia menggencarkan penanaman kembali (reklamasi) lahan kering bekas tambang terbuka di Grasberg, Mimika, Papua.

Senior Manager Mine Closure PTFI, I Nengah Giri menjelaskan, pihaknya kini melakukan reklamasi dengan mengutamakan penanaman flora endemik pada tambang terbuka (open pit) yang tutup pada akhir 2019 lalu.

Giri tidak menyebut spesifikasi flora yang ditanam oleh krunya, namun dalam situs resmi PTFI, tercatat sejenis rumput lokal, beberapa spesies rhododendron dan lumut.

“Grasberg itu artinya gunung berumput, karena di sini dulu merupakan gunung yang ditumbuhi rerumputan lebat. Rumput itulah yang kini kami upayakan dihijaukan kembali,” terang Giri di Puncak Grassberg, Senin (16/8/2021).

Reklamasi yang dilakukan PTFI, kata Giri, merupakan komitmen bagi perusahaan tambang emas terbesar di dunia itu.

Meski begitu, diakuinya, penghijauan terhadap “lubang raksasa” berdiameter 3,5 kilometer dan kedalaman sekitar 1 kilometer ini bukanlah perkara gampang.

Sebab di beberapa dinding Grasberg harus dipadatkan dahulu sebelum ditanami agar mencegah terjadinya longsor.

Dengan lebar dan kedalaman yang dimiliki Grasberg, kata Giri, membuat eks tambang itu tidak dapat ditimbun kembali seperti sedia kala. Sehingga, lubang besar di atas gunung itu hanya bisa ditanami rumput dan tanaman pakis endemik.

“Memang tidak memungkinkan, ya, secara teknis. Dengan diameter yang 3,5 kilo (meter) dengan kedalaman begitu, tidak (bisa), tidak seperti itu,” katanya.

“Jadi reklamasi adalah reklamasi yang sesuai peruntukkannya, yang sudah disepakati, sudah disetujui oleh Pemerintah,” pungkasnya.

Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas dalam Kompas Talks bertema Restorasi Ekosistem untuk Keberlanjutan Keanekaragaman Hayati, Selasa, 6 Juli 2021 menjelaskan, PTFI sudah melakukan reklamasi dan rehabilitasi sejak tahun 1999.

Dikatakan Tony, pada 2019, sudah lebih dari 2800 hektar yang kembali dihijaukan. Wilayah yang dijangkau bukan hanya Grasberg, melainkan juga meliputi Tembagapura, Kuala Kencana dan Muara Ajkwa di Distrik Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika.

Dijelaskan Tony, pada semester pertama tahun 2021, PTFI sudah menanam 1 juta pohon.

“Kita tanami kembali dengan cakupan luas 400 hektar, rencana di tahun ini akan mencapai 2,7 juta pohon di lahan sekitar 2000 hektar,” kata Tony.

Meski Tony tidak membeberkan detail wilayah penanamnya. Namun ditegaskannya, PT Freeport Indonesia akan menghentikan aktivitas pertambangannya di Papua pada tahun 2041.

Dengan berhentinya tambang, kata Tony, maka PTFI harus melakukan restorasi untuk menjamin kembalinya lingkungan yang baik pasca tambang.

“Suatu saat, tahun 2041 itu kita akan berhenti (menambang) dan kita perlu meyakinkan bahwa setelah kita berhenti menambang di sana, lingkungan dan masyarakat di sekitar kita dapat terus melanjutkan kehidupannya dengan lebih baik lagi,” pungkas Tony.

 

penulis : Yonri
editor : Mish

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *