OPINI | Kilas Balik Pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila)

Hendrikus Purnomo
Hendrikus Purnomo

Oleh : Hendrikus Purnomo

SUDAH seringkali kita mendengar kalimat ini “Jaman sudah berubah, jaman dulu dan jaman sekarang sudah jauh berbeda” yang seringkali terucap dari mulut orang-orang yang sebaya dengan kita atau yang usianya diatas kita. Sebuah kalimat yang sebenarnya sederhana, menggambarkan perbedaan jaman, namun lebih sering terucap karena rasa empati, rasa prihatin yang mendalam atas suatu hal.

Seperti contohnya perihal perbedaan perilaku, sikap, tata krama, sopan santun, hidup dalam kebersamaan, gotong royong, budi pekerti, pendidikan moral dan hal-hal lainnya.

Kilas Balik ke jaman masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) dulu, jamannya kita masih memakai baju putih celana pendek merah.

Masih sangat segar dalam ingatan dan sangat membekas sampai sekarang tentang mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Pembelajaran tentang memahami dasar-dasar pondasi negara kita, tentang moral, apa itu tanggung jawab, terus apa yang dimaksud tenggang rasa/toleransi, bagaimana menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sampai hal yang paling mendasar, yaitu belajar tentang toleransi, ramah tamahan saling menghargai, saling menghormati, dan yang utama adalah tentang Pendidikan Moral Pancasila.

Pelajaran PMP menjadi sangat penting waktu itu sebagai pendidikan dasar hidup bernegara dan memahami hak dan kewajibang hidup bernegara yang berasakan Pancasila dan selaras dengan pelajaran Agama, sama-sama mengajarkan tentang Budi Pekerti, Etika, Tata Krama dan yang lebih utama adalah tentang moral, saling menghormati, gotong royong dan tenggang rasa.

Namun sayangnya PMP kemudian dirubah namanya menjadi PPKn, dan berubah pula metode dan pemahamannya.

Mulai dari situlah ada sesuatu yang rasanya berbeda dan ada sesuatu yang kemudian hilang. Lulus SD, SMP dan SMA output dari pelajaran PPKn semakin terasa kurangnya dan belum ada hasil nyata yang didapatkan, dibanding pelajaran PMP.

Apalagi jika melihat fenomena sosial masyarakat Indonesia saat ini, baru sadar ternyata PMP itu adalah mata pelajaran yang sangat penting disamping pelajaran yang lainnya.

Saat ini, Indonesia kehilangan karakter masyarakatnya. Dulu orang asing mengenal kita karena keramah tamahannya, sopan santunnya, saling menghargai, saling menghormati. Dulu
warga kita selalu bahu membahu saling menolong sesama. Singkat kata, Indonesia kini semakin jauh dari ungkapan Masyarakat Yang Madani dan jauh dari semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika.’

PMP bukanlah mata pelajaran berbasis keilmuan. Sesuai dengan namanya, adalah pelajaran tentang moral. Jadi yang dibangun adalah ‘moral’ kita. Dari sinilah awal pembentukan karakter masyarakat Indonesia. Patut di garis bawahi, pendidikan PMP ini ditanamkan sejak usia dini yakni SD. Dari sinilah nantinya cikal bakal masyarakat yang paham tenggang rasa, bertanggung jawab, dan memiliki tata krama sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia.

Seperti kita menanam pohon, jangan hanya memberikan pupuk saja untuk mendapatkan hasil yang bagus, tapi berikan pula pestisida guna menghindari dari hama yang dapat merusak sebagian pohon. PMP ini sebagai “pestisida” untuk melindungi karakter bangsa kita
agar tidak mudah digoyahkan oleh pihak luar. Dari situlah kita akan mendapatkan generasi berkualitas dengan memiliki karakter yang kuat.

Kini PMP semakin terlupakan, generasi
sekarang tidak banyak yang tahu tentang Moral Pancasila.

Bila merujuk pada mata pelajaran pengganti PMP yaitu PPKn, Dalam pelajaran PMP dulu masih ada kata Pancasila sebagai salah satu bahan pembelajaran. Sekarang…? Kemana kata
“Pancasila” nya? Apakah pelajaran pengamalan nilai-nilai Pacasila sudah tidak penting lagi? Maka sekarang jangan kaget kalau anak-anak SD banyak yang tidak tahu dan hapal Pancasila, kalaupun hapal, mereka hanya hapal sila-silanya karena sering di bacakan di upacara
bendera hari Senin, itupun kalau sekolah masih menjalankan Upacara Bendera rutin tiap hari Senin.

Karena saat ini banyak sekolah yang sudah tidak menyelenggarakan Upacara
Bendera setiap hari Senin.

Anak-anak sekarang banyak yang tidak paham makna dari Pancasila. Efeknya, Pancasila hanya sebagai simbol tanpa tahu makna dan pengamalannya. Jangan heran bila sekarang banyak orang berani melecehkan lambang negara, bahkan berani memperlakukan dengan tidak hormat dan melanggar norma-norma yang terkandung dalam Pancasila.

Mengingat itu semua jadi kangen masa-masa belajar di SD jaman dulu. Belajar tentang tenggang rasa, belajar tentang tanggung jawab, tentang tata krama, ramah tamah dan saling hormat menghormati melalui pelajaran PMP. Semoga Pendidikan Moral Pancasila bisa
kembali kelingkungan belajar anak-anak sekarang. SEMOGA.

 

(Opini adalah pendapat atau gagasan penulis yang dikirim ke Redaksi Seputar Papua. Keseluruhan konten menjadi tanggungjawab penulis)

 

ditinjau Oleh: Irsul Aditra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *