Pagar Kuning yang Tak Lagi Asri, Mimika Butuh Ruang Terbuka Publik

Tampak area Pagar Kuning yang kerap dijadikan masyarakat Mimika sebagai lokasi rekreasi maupun untuk berolahraga, tak lagi dapat digunakan seperti sebelumnya. Pemerintah tengah mengerjakan proyek pembangunan jalan lingkar luar. (Foto: Fahruddin Aji/Seputarpapua)
Tampak area Pagar Kuning yang kerap dijadikan masyarakat Mimika sebagai lokasi rekreasi maupun untuk berolahraga, tak lagi dapat digunakan seperti sebelumnya. Pemerintah tengah mengerjakan proyek pembangunan jalan lingkar luar. (Foto: Fahruddin Aji/Seputarpapua)

TIMIKA | Penampakan berbeda terlihat di Jalan Ahmad Yani menuju terminal Bandar Udara lama Mozes Kilangin yang terkenal dengan sebutan Pagar Kuning dan kerap dijadikan masyarakat Kabupaten Mimika, Papua Tengah sebagai pusat rekreasi dan olahraga.

Namun, sepanjang jalan setelah patung tifa (gapura) yang dahulu dihiasi pohon dan ditumbuhi rumput hijau, juga ada beberapa pendagang jagung bakar itu berubah menjadi timbunan pasir kerikil dan batu.

Tidak ada lagi pelari yang terlihat di jalan setapak pinggiran pagar kompleks terminal bandar udara lama mozes Kilangin itu, ataupun keluarga yang sedang menikmati akhir pekan bersama sembari membeli jajanan ringan, yang terlihat hanya sebuah ekskavator sedang membersihkan sisa-sisa pohon.

Seorang warga Mimika, Maria (30) yang datang bersama anaknya untuk berolahraga, mengaku kaget dengan lanskap baru Jalan Ahmad Yani tersebut.

“Mimika ini memang kurang tempat rekreasi yang bisa santai dengan keluarga dibandingkan dengan tempat lain,” katanya saat ditemui di Jalan Ahmad Yani, Sabtu (6/5/2023).

Maria menyebut dengan dijadikannya Jalan Ahmad Yani sebagai alternatif lingkar luar, seharusnya pemerintah sudah punya lokasi alternatif untuk masyarakat dapat berolahraga sekaligus rekreasi.

“Biasa kan orang biasa duduk-duduk, biasanya juga kan orang duduk sebelah, sebelahnya orang olahraga, kelihatan asyik lah, lama-lama tidak akan ada orang datang lagi duduk (di pagar kuning) karena tidak ada lagi tempat yang sombar (teduh),” paparnya.

Kata Maria, selain pagar kuning, alternatif lainnya mungkin hanya Kuala Kencana, namun jarak yang jauh dari pusat kota membuat masyarakat enggan berkunjung.

“Kita butuh ruang terbuka hijau yang menarik, seperti Alun-alun Aimas di Sorong toh begitu, jadi ada tempat-tempat olahraganya,” terangnya.

Advertisements

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Ridwan Bari (35), menurutnya Mimika butuh sebuah tempat untuk dijadikan ikon daerah.

“Paling tidak seperti kita berkunjung ke Jawa atau Sumatera atau Makassar paling tidak ada kata sudah pernah kesini? Paling tidak ikon Mimika pasti ada lah,” katanya saat ditemui dikesempatan yang sama.

Bari melanjutkan apabila bisa mengusulkan, ia ingin agar ada alun-alun atau ruang terbuka publik.

“Biar tidak seperti ini, nongkrongnya dipinggir jalan, kalau misalkan punya alun-alun kan lebih save (aman),” terangnya.

Menurut Bari alun-alun berfungsi bukan hanya untuk nongkrong atau olahraga, namun juga bisa menjadi lokasi anak-anak muda menyalurkan bakat dan kreatifitasnya.

“Mimika ini kan sangat berkembang, kita lihat kasihan potensi anak-anak disini cuma sebatas ini, nongkrongnya di jalan, saya sangat setuju kalau seumpama ada alun-alun,” tutupnya.

penulis : Fachruddin Aji
editor : Saldi Hermanto

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan