Pedagang Takjil Keluhkan Harga Kebutuhan Pokok Serba Naik, Modal Besar Untung Tipis

Nur Haena (tengah) sedang menjual takjil di depan Masjid Babussalam Timika. (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)
Nur Haena (tengah) sedang menjual takjil di depan Masjid Babussalam Timika. (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)

TIMIKA | Bulan Ramadan selalu identik dengan takjil. Di beberapa ruas jalan di Kota Timika, Mimika, Papua setiap sore hari ramai dengan aneka jajanan takjil.

Namun, dibalik antusias pedagang menjajakan takjil ada keluhan yang dirasa berat, yakni naiknya harga kebutuhan pokok yang terjadi akhir-akhir ini.

Nur Haena, salah satu pedagang takjil di depan Masjid Babussalam Timika bercerita, tahun 2022 ini dirinya kembali berjualan takjil setelah 2 tahun tidak dapat menjual takjil akibat pandemi Covid-19.

Dia pun mengakui, tahun ini banyak masyarakat yang berburu takjil. Hanya saja meski ramai pembeli, namun harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan.

“Selama dua tahun pas Bulan Ramadan saya nganggur tidak jualan takjil karena Covid-19. Tahun ini Alhamdulillah bisa jual lagi. Tapi sekarang barang-barang mahal, tapi kita paksa saja jual dengan harga yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Nur ketika diwawancarai Seputarpapua.com belum lama ini.

Kenaikan harga bahan pokok salah satunya minyak goreng. Meski demikian, Nur berpsarah tetap menjual aneka jajanan takjil meski untung mencekik.

“Kita jual begini mengeluh sekali kasihan. Anak-anak kita mau makan dirumah, karena saya hanya berjualan begini, bapak sakit tidak bisa bantu mencari,” keluh Nur.

Meski diakuinya jumlah pembeli ramai di ramadan tahun ini, tetapi terkadang jajanan takjil yang dijual Nur tidak habis terjual.

“Kadang es dan kue kita siapkan 20 porsi kadang habis, kadang juga tidak. Kalau tidak habis kita kasih sedekah ke orang, supaya ditambahkan rejeki,” ujar Nur.

Menurut Nur, keuntungan dari hasil dari berjualan takjil hanya bisa untuk membeli makanan sehari-hari.

“Hanya untuk beli ikan atau sayur saja, bapak sakit, hasil takjil untuk beli makan, semoga nanti bisa untuk persiapan lebaran juga,” kata Nur.

Selain berjualan takjil, sebelumnya Nur juga berjualan kue di hari biasa, namun sekarang ini peminat membeli kue sangat sedikit karena persaingan dan sudah banyak yang menjual kue.

“Sebelumnya jual kue sekarang kita tidak bisa jual lagi karena kurang pembeli. Kita buat kue misalnya buat 30 buah, paling yang laku hanya 5 buah akhirnya berhenti saja karena modal besar tapi untung tidak ada, sedih juga,” ujar Nur.

Di Ramadan tahun ini, Nur berharap agar mendapatkan rejeki dan bisa berlebaran dengan hati yang bersih dan tercukupi.

“Dikasih rejeki untuk makan saja sudah bersyukur. Semoga di tahun ini bisa mendapatkan rejeki bisa beli baju lebaran dan persiapan untuk lebaran nanti,” ungkap Nur.

Senada dengan Nur, Sri juga mengeluhkan hal yang sama. Namun ia tetap senang masih bisa diberikan kesempatan dari yang kuasa untuk menikmati bulan Ramadan.

“Bulan ini, penuh berkah, saya syukuri saja, harapannya semoga dilimpahkan rejeki, harga barang pun diharapkan tidak melambung tinggi nanti pas lebaran atau sesudah, supaya kami masyarakat kecil ini tidak merasa kesulitan,” kata Sri di bilangan Budi Utomo.

 

penulis : Kristin Rejang
editor : Aditra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *