TIMIKA | Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kemendikbudristek kembali menyelenggarakan kegiatan sekolah lapang kearifan lokal di Kabupaten Jayapura, Papua pada15 dan 16 Agustus 2022.
Digelar di Balai Adat Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, kegiatan ini diikuti para pandu budaya (perwakilan pemuda-pemudi adat) dari tiga distrik di kawasan Danau Sentani.
Pada tahap awal pelaksanaan sekolah lapang kearifan lokal dilaksanakan pembekalan proses temukenali potensi objek pemajuan kebudayaan bagi para pandu budaya sekolah lapang.
Hadir sebagai narasumber, Ahmad Arif, penulis buku Sagu Papua untuk dunia. Dalam materinya Arif mengguggah kesadaran para pandu budaya sekolah lapang mengenai potensi sagu di balik pola perubahan pangan yang terjadi pada generasi saat ini.
Sebagai wilayah yang memiliki ragam varietas sagu, kawasan Danau Sentani disebut sangat potensial dalam mendukung ketahanan pangan berdasarkan pendekatan budaya lokal.
Tahapan awal sekolah lapang kearifan lokal berupaya mengidentifikasi berbagai pengetahuan lokal dan teknologi tradisional dalam pengelolaan tanaman sagu.
Selain itu, para pandu budaya juga mendapatkan materi mengenai teknik pendokumentasian dan penarasian budaya yang diberikan oleh akademisi IAIN Tulungagung, Akhol Firdaus.
Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi, mengatakan sekolah Lapang Kearifan Lokal adalah salah satu bentuk pendidikan kontekstual yang bertujuan mendukung proses pemajuan kebudayaan oleh para pemuda-pemudi adat.
“Ini dapat menjadi media belajar para generasi muda adat kepada para empu budaya (sesepuh dan tokoh adat) dalam pelestarian budaya local,” katanya.
Deden Haris Muslim, koordinator kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal dalam pembukaan kegiatan menyebut bahwa lansekap budaya Sentani memiliki kekayaan ragam potensi budaya yang perlu dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan.
Sekolah Lapang Kearifan Lokal, kata dia, dapat mendukung proses tersebut karena menurutnya sekolah lapang kearifan lokal merupakan bentuk sekolah konservasi, sekolah pemberdayaan dan sekolah regenerasi para pemuda-pemudi adat dalam menjaga alam dan budaya masyarakat adat.
Pada akhir kegiatan para peserta menyusun rencana tindak lanjut bersama penyelenggaraan sekolah lapang kearifan lokal kedepannya.
Diharapkan berbagai hasil dari penyelenggaraan sekolah lapang akan menjadi bagian dalam festival ulat sagu Kampung Yoboi, Festival Danau Sentani dan Kongres Aliansi Masyarakat Adat Nusantara yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober mendatang di sekitar Danau Sentani.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis