Pemuda Kampung Yoboi Unjuk Kebolehan Manfaatkan Pohon Sagu
TIMIKA | Sepuluh orang pemuda-pemudi Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua berpasang-pasangan menari dengan rancak dan kompak. Terdengar pula alunan alat musik tradisional bertalu semarak menyambut pengunjung yang datang.
Tarian itu, karena di Kampung Yoboi tengah diadakan Festival Ulat Sagu. Festival ini dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Kampung Yoboi sebagai daya tarik atraksi wisata, sekaligus melestarikan budaya mereka.
Pemuda-pemudi Kampung Yoboi tersebut merupakan Pandu Budaya, sebutan bagi generasi muda yang mengikuti Sekolah Lapang Kearifan Lokal yang diinisiasi oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Sekolah Lapang Kearifan Lokal sudah dilaksanakan dalam beberapa tahap. Di Kampung Yoboi telah memasuki tahap pengembangan dan pemanfaataan Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK), yang sebelumnya telah diadakan tahap Temu Kenali OPK pada bulan Agustus. Kemudian tahap pengkurasian OPK yang ditemukenali di bulan September.
“Kami dorong generasi muda untuk kembali mengenali kearifan lokal, melalui sebuah gerakan bersama. Kami mendukung dalam bentuk Sekolah Lapang Kearifan Lokal, selama satu tahun ini. Saat ini telah memasuki pengembangan dan pemanfaatannya”, ujar Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi melalui siaran pers yang diterima seputarpapua.com, Rabu (26/10/2022).
“Budaya sagu sebenarnya sudah ada dari leluhur masyarakat Papua. Dan ini kami kembangkan dan kembalikan, dengan konsep kembali ke alam, dari daun, batang, dan pohon sagunya bisa ditampilkan pada festival Ulat Sagu ini,” sambung Sjamsul Hadi.
Sekolah Lapang Kearifan Lokal ini merupakan jawaban dari pemerintah akan bergesernya nilai budaya yang mulai ditinggalkan karena perkembangan zaman.
“Pohon Sagu sangat berarti untuk menopang kehidupan kita di tanah Papua, khususnya di Kabupaten Jayapura. Kebutuhan dasar manusia cuma ada tiga: sandang, pangan, papan. Semuanya bisa di dapat dari pohon sagu. Oleh itu tidak ada salahnya, kalau Papua dinyatakan sebagai surga yang turun di bumi ini” ungkap Wakil Bupati Jayapura Giri Wijayanto.
“Kita melihat banyak lahan sagu yang mulai dimanfaatkan untuk perumahan, itu merusak. Yang Tuhan berikan kepada kita (pohon sagu), kita jaga dengan baik, semoga bermanfaat bagi kita” , imbuh Giri.
Pemuda-pemudi Kampung Adat Yoboi yang menjadi peserta (pandu budaya) Sekolah Lapang Kearifan Lokal, telah menjadi motor penggerak masyarakat kampung untuk menggiatkan budaya yang mereka miliki.
Melalui Festival Ulat Sagu yang bertepatan dengan Kongres Masyarakat Adat (KMAN) yang dilaksanakan 25-27 Oktober 2022, merupakan momen yang tepat bagi para pandu budaya untuk berunjuk gigi mempertunjukkan budaya lokal yang mereka miliki.
“Ke depan, kami buka ruang untuk nampung aspirasi untuk inovasi yang dibutuhkan masyarakat adat melalui jalan kebudayaan. Ini amanat Presiden RI khususnya dalam hal kedaulatan pangan. Melalui program ini kami telah mendorong menggali potensi untuk kembali ke makanan lokal melalui tanaman-tanaman lokalnya”
“Gerakan ini telah kami bangun dari NTT, Kalimantan, dan Papua. Ke depan semoga bisa ke wilayah-wilayah lainnya dengan menggandeng generasi muda untuk membangun dan kembali ke budaya adatnya masing-masing,” jelas Sjamsul.
Para pandu budaya yang telah mengikuti Sekolah Lapang Kearifan Lokal akan menunjukkan budaya-budaya yang telah mereka temu kenali mulai dari berbagai olahan kuliner sagu seperti papeda, sagu bakar, ulat sagu bakar, bahkan pizza dan es krim yang berbahan dasar sagu, serta tarian dan musik-musik khas Papua.
Momen ini merupakan waktu yang tepat agar Masyarakat Adat lebih memanfaatkan, mengembangkan, dan mencintai budaya yang dimiliki.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis