Pada tahun 2015, Yupi bertekad melanjutkan kuliahnya di Bandung. Ia kemudian mengambil jurusan ekonomi manajemen di Universitas Muhammadiyah Bandung.
“Dari saya SD kelas 3 bapak sudah meninggal. Bapak adalah seorang gembala, bapak juga biasa ke Mile 38 naik dulang untuk cari uang. Bapak angkat beban terlalu berat pas kerja di 38 jadi sakit, lalu bapak meninggal,” kisah Yupi sedih.
Akhirnya sejak kelas 3 SD, Yupi dan tiga saudaranya hanya tinggal dan dibesarkan oleh ibunya.
“Semua biayanya dari mama, hasilnya dari kebun, saya juga di masa kecil saya bantu mama tanam sayur, ubi, jadi dari hasil itu mama bisa biayai saya sampai saya selesai kuliah, semua dari hasil kebun,” kata Yupi.
Mama Yupi bahkan sudah tahu tanggal berapa harus membayar uang semesternya.
“Setiap saya telpon pasti mama sudah siapkan uangnya, karena habis mama jualan mama simpan uang terus pas semester mama sudah tau jadi langsung mama kirim,” kata Yupi.
Untuk biaya tempat tinggal, Yupi mengaku sedikit terbantu karena pemerintah Intan Jaya siapkan tempat tinggal untuk mahasiswa Papua. Namun biaya hidup dan uang semester serta tugas-tugas semuanya dibiayai oleh ibunya.
“Saya memang bangga sama saya punya mama, saya senang, mama saya itu dia jiwanya membangun jadi saya sangat bangga sama mama saya,” kata Yupi.
“Dia mau saya harus sampai selesai sarjana. Makanya pas tanggal 8 Maret 2021, saya ajak mama saksikan keberhasilan saya, mama sudah berkorban mama bisa lihat hasilnya,” sambung Yupi.
Tinggalkan Balasan