PFA, Harapan Baru Pemain Sepak Bola Usia Dini di Papua

Kepala Pelatih PFA Ardiles Rumbiak memberikan arahan kepada tim A PFA Cenderawasih saat bertanding melawan SSB Timika Putra di MSC, Sabtu (25/3/2023). (Foto: Saldi Hermanto/ Seputarpua)
Kepala Pelatih PFA Ardiles Rumbiak memberikan arahan kepada tim A PFA Cenderawasih saat bertanding melawan SSB Timika Putra di MSC, Sabtu (25/3/2023). (Foto: Saldi Hermanto/ Seputarpua)

TIMIKA | Akademi Sepak bola yang tidak hanya memberikan pelatihan sepakbola tetapi juga pendidikan formal cukup langka di Indonesia, apalagi di Indonesia wilayah Timur seperti Papua.

Namun, pada 31 Agustus 2022, didukung dan dibidani oleh PT Freeport Indonesia, Papua Football Academy atau disingkat PFA lahir di Papua. Kelahiran akademi ini tak main-main, karena diresmikan langsung oleh orang nomor 1 di Indonesia, Presiden Joko Widodo di Stadion Lukas Enembe, Jayapura yang megah itu.

Peresmian tersebut, seolah menjadi harapan baru, bagi pemain sepak bola usia dini di Papua untuk menuntut ilmu pendidikan, sekaligus menekuni sepakbola.

PFA berbeda dengan Sekolah Sepakbola (SSB) lain di Mimika atau Papua umumya, hal itu dimulai dari penerimaan peserta didik.

PFA menyaring peserta didiknya dari berbagai daerah di Papua melalui seleksi ketat, mencakup teknis sepak bola, kesehatan, bakat, dan psikotes. Semua dilakukan oleh profesional di bidangnya.

Saat ini 30 anak, dari Merauke, Mimika dan Jayapura terpilih dan menapaki jalannya menjadi seorang pesepakbola.

Pola pendidikan asrama dipilih oleh manajemen PFA untuk para peserta didiknya, demi menjaga perkembangan secara perilaku dan kebersamaan pemain.

Seluruh biaya para peserta ini mulai dari asrama, pendidikan hingga kebutuhan seperti sepatu dan kaos dibiayai oleh PTFI atau tidak dipungut biaya sepeserpun.

Para pemain atau peserta didik juga mendapatkan pendidikan formal dan keterampilan, sehingga saat mereka lulus dan tidak memilih sepak bola sebagai karir lanjutan, mereka dapat memanfaatkan pendidikan keterampilan yang diberikan di PFA.

PT Freeport selaku pendukung utama program ini menunjukan keseriusannya dengan menggaet eks Assiten Pelatih Tim Nasional Indonesia era Alfred Riedl yakni Wolfgang Pikal sebagai Direktur Akademi.

Wolfgang dalam konferensi pers nya usai laga PFA melawan SSB Mimika Putra (MP) pada 25 Maret 2023 megakui jika anak-anak Papua memiliki bakat, teknik, dan kecepatan yang bagus, namun apabila tidak didukung dengan kedisiplinan baik perilaku, dan pola hidup atlet maka itu sia-sia saja.

“Saya kan orang Austria turunan dari Jerman, jadi akan ada prinsip sepakbola dari sana yang saya masukin kesini, ini lebih ke sifat dan sikap. Jadi tidak hanya teknik dan taktik bagus, tetapi pemain bisa hidup seperti atlet top,” ungkapnya.

Wolf menyebut dengan kombinasi antara kedisiplinan dan bakat maka bukan tidak mungkin tujuan PFA untuk mencetak pemain sepak bola profesional yang bisa bermain untuk tim nasional, memiliki perilaku yang tidak tempramen serta menjunjung tinggi sportifitas akan terwujud.

Tidak berhenti disitu, Wolf mengungkapkan PFA akan melakukan yang tidak dilakukan akademi lain di Indonesia, yakni dengan menambah porsi latihan sepakbola menjadi 16 jam seminggu, bahkan 20 jam per minggu atau setara dengan kuantitas latihan di Eropa.

“Artinya Senin sampai Sabtu kan 2 jam perharinya, kita akan tambah menjadi 4 jam jadi 16 jam sampai Juli, targetnya nanti September kita naikan jadi 20 jam perminggu tetapi itu kita lakukan ini secara bertahap,” jelasnya.

Wolfgang, dalam membina anak didiknya, dibantu oleh putra Papua Ardiles Rumbiak sebagai Pelatih kepala, ia menjelaskan program keseharian para pemain binaan PFA adalah latihan pagi selama 2 jam, sekolah formal pada pukul 15.00 WIT yang bekerjasama Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, dilanjutkan evaluasi perkembangan individu pada malam hari.

“Di PFA ini yang pertama kita ubah mindset (pola pikir) anak Papua, kedua pendidikan maka sepak bola akan mengikuti. Sebab selalu di Papua ini kesulitan dengan gaya hidup kita yang kasar, tidak disiplin, (merubah) itulah yang diutamakan,” ucapnya.

“Sehingga bukan tidak mungkin di masa depan, ada anak Papua yang tembus di liga profesional Indonesia, bahkan luar negeri,” sambungnya.

Tim PFA pada Sabtu 25 Maret 2023 melakoni pertandingan uji coba melawan tim Sekolah Sepak Bola Mimika Putra di stadion Mimika Sports Complex yang menjadi markas mereka. Hasilnya Tim A dan B PFA berhasil mengungguli lawanya.

Uji coba tersebut hanya satu diantara lainnya yang dilakukan di Mimika setiap Sabtu sore. PFA juga melakukan uji coba di luar Papua untuk menempa mentalitas tim.

Dikutip dari situs resminya papuafootballacademy.com baru-baru ini mereka menjajal tim seperti Akademi Arema U-15, Diklat Persema U-14, Bintang Putra Sidoarjo, Mataram Utama Football Academy, EP PSS Sleman, Persig Gunung Kidul, dan Persis Youth U-14 dan mengikuti kompetisi di Mojokerto, meskipun mereka hanya menduduki peringkat keempat.

Beberapa hari sebelum laga, saat bertemu wartawan sang Direktur Wolfgang Pikal menyebutkan sebuah hal yang menarik, ia mengatakan jika kami dilarang untuk melakukan wawancara dengan anak didiknya yang berusia rata-rata 14 tahun.

Menurut Wolf, media akan sangat mempengaruhi perkembangan individu pemainnya, bahkan ia menegaskan hal tersebut dilarang bagi pesepakbola usia dini di Eropa.

“Pemain sepakbola usia 16 tahun di Jerman itu sebisa mungkin dijauhkan dari media, agar ia bisa berkembang,” ucapnya.

Ia menegaskan jika akademi yang dibinanya merupakan yang pertama di Papua yang menerapkan dan sangat menjunjung tinggi FIFA Children Safeguarding Principles.

Komite PFA Children Safeguarding Nugroho Setiawan dikutip dalam sebuah wawancara dengan bolasport.com menyebut hal itu dilakukan pihaknya untuk melindungi anak-anak usia dini tersebut dari berbagai ancaman seperti pelecehan seksual, dan praktek perundungan.

Papua sejak dahulu terkenal melahirkan banyak talenta muda berbakat, sebut saja Boaz Solossa, Ortizan Solossa, hingga yang terbaru Ricky Kambuaya, kemudian si kembar Yakob dan Yance Sayuri yang berhasil masuk skuad Tim Nasional Indonesia arahan Shin Tae-yong

Adanya dukungan pelbagai fasilitas seperti lapangan bertanding dan berlatih, gym dan lapangan mini untuk pemanasan yang sementara dibangun, pendidikan, juga dana, serta bisa melakukan uji coba di luar Papua, seharusnya bisa membuat akademi PFA menjadi harapan baru bagi pesepakbola usia dini di Papua.

 

penulis : Fachruddin Aji
editor : Aditra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

JADWAL IMSAKIYAH KAB.MIMIKA
TANGGALIMSAKSUBUHZUHURASARMAGRIBISYA
28/03/202404:3104:4112:0115:1218:0319:11
29/03/202404:3004:4012:0115:1218:0219:11
30/03/202404:3004:4012:0015:1218:0219:10
31/03/202404:3004:4012:0015:1218:0219:10
01/04/202404:3004:4012:0015:1318:0119:10
02/04/202404:3004:4011:5915:1318:0119:09
03/04/202404:2904:3911:5915:1318:0019:09
04/04/202404:2904:3911:5915:1318:0019:08
05/04/202404:2904:3911:5915:1318:0019:08
06/04/202404:2904:3911:5815:1317:5919:08
07/04/202404:2904:3911:5815:1317:5919:07
08/04/202404:2804:3811:5815:1317:5819:07
09/04/202404:2804:3811:5715:1317:5819:07

KONTEN PROMOSI