Masyarakat yang tadinya hanya terkesan bersantai kini sudah bergerak mencari makanan babi, membuat kebun untuk menanam ubi agar babi bisa diberi makan dan hasilnya memuaskan.
“Puji Tuhan, Tuhan berkati kami. Kami ketemu orang yang mau kerjasama, yang kasihan sama kami, bisa cicil tanah jadi semua karena kuasa Tuhan, Tuhan kasihan kami jadi dia tunjukan cara bagaimana kami berkembang, hidup, Tuhan pelihara kami, ada yang dari hasil jual babi ini, sekarang dia sudah punya tanah dengan ukuran yang cukup besar 25 x 200 meter,” cerita Maria dengan semangat.
Bisa Fasih Bahasa Dani
Maria benar – benar sangat mencintai Papua, dirinya selalu belajar, menyatu serta melayani dengan tulus hati.
“2008 menikah 2010 baru saya bisa bahasa Dani,” ungkap Maria.
“Jadi kaya saya ini masuk ke orang Dani kalau mereka tidak mau bicara dengan saya, berarti bagaimana saya mau dekat dengan mereka,” ujarnya.
Suami Maria selalu mendukung dan membantunya agar bisa fasih bahasa Dani dalam keseharian.
Ia pun setiap hari dekat dengan mama – mama yang notabene tidak terlalu aktif berbahasa Indonesia.
“Saya tidak mengerti, saya pakai bahasa Indonesia, mereka pakai bahasa Dani, pokoknya bicara saja takaruang (sembarang), sambil saya belajar juga. Jadi setiap mereka bicara itu saya lihat dari gerak tubuhnya, lalu saya belajar, kalau mereka nyanyi saya juga ikutan nyanyi,” ucapnya.
- Tag :
- Bahasa Dani,
- Feature Inspiratif,
- Mimika,
- Suku Dani
Tinggalkan Balasan