Teh Dari Daun Mangrove Jadi Sumber Pendapatan Baru Mama-mama di Mimika

Produk Teh Mangrove yang berpotensi untuk dipasarkan. (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)
Produk Teh Mangrove yang berpotensi untuk dipasarkan. (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)

TIMIKA | Hasil olahan dari Daun Mangrove di Kabupaten Mimika mulai menjanjikan. Bagaimana tidak, setelah diolah menjadi daun teh, ternyata memiliki cita rasa tersendiri dan diyakini juga berkasiat. Produk ini diberi nama Teh Mangrove Achantus karena tehnya berasal dari Mangrove berjenis Achantus.

Mendapat pembinaan dari Yayasan Ekologi Sahul Lestari juga Dinas Kehutanan Provinsi Papua, puluhan mama-mama di Mimika berhasil mengolah Mangrove menjadi teh.

Simon Perez, selaku koordinator program kegiatan Desa Berinovasi Kabupaten Mimika menjelaskan kegiatan ini berdasarkan dukungan dan bantuan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Dimana tahapannya dilaksanakan sudah empat bulan dimulai dengan melakukan pembangunan rumah produksi, hingga kerjasama dengan hasil kebijakan dari Pemerintah Daerah.

“Jadi kita kegiatannya ada pelatihan sumber daya manusia khususnya kelompok mama-mama Pigapu Aimaporamo, ada pelatihan budidaya juga, peningkatan ekonomi rumah tangga, selain itu penelitian kami juga menghasilkan jurnal ilmiah berdasarkan hasil kerjasama dengan Universitas Mercu Buana Jakarta,” jelasnya kepada awak media, Jumat (19/11/2021).

Dikatakan dari penelitian yang dilakukannya bersama tim akhirnya didapati untuk mengembangkan Mangrove menjadi minuman Ready to Drink yakni Teh tersebut.

Teh tersebut juga sudah diuji dari laboratoriun kesehatan di Riau dimana ada 30 panelis yang menguji dan menilai.

“Puji Tuhan hasilnya bagus, tidak ada hal yang perlu di khawatirkan untuk dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut kami akan dorong produk ini agar ada kebijakan pemerintah sehingga dapat menjadi produk unggulan Kabupaten,” ujarnya.

Saat ini yang menjadi fokus adalah produk teh mangrove meskipun masih banyak produk lainnya seperti lulur, stik, dan lainnya.

Bahkan produk teh Mangrove juga sudah dipasarkan pada saat PON baik di Mimika maupun di Jayapura.

Pihaknya juga sudah membantu mengurus izin edar hingga PIRT nya, sehingga berani memasarkan produk teh saat PON XX Papua.

Menurutnya saat dijual saat PON, animonya lumayan banyak, bahkan atlet-atlet juga suka, dari produk Hasil Bumi Bukan Kayu (HBBK) ini, yang paling laris saat PON adalah teh, sehingga pihaknya optimis bisa membantu kelompok tani hutan yang ada di Mimika.

Kelompok yang dibina untuk memproduksi teh mangrove yaitu kelompok Aimaporamo, Kampung Pigapu yang beranggotakan 22 orang.

“Semuannya mama-mama Papua dari Kampung Pigapu, selain 22 ada penambahan lagi 15 orang, totalnya 37 untuk mengelolah teh mangrove ini, rumah produksi itu kami bangun di belakang balai Kampung Pigapu bantuan dari Bring, melalui Program Desa Berinovasi,” katanya.

Awalnya, Simon mengaku ragu terhadap mama-mama di Kampung Pigapu terkait konsistensinya mengolah teh mangrove ini, namun ternyata seletah dilihat dari jumlah penjualan dan jumlah tenaga kerja, dan pendapatan, mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Hasil penjualan sejauh ini kami berhasil menjual 103 kilogram teh dengan hasil 20 jutaan lebih, dan karena ada peningkatan ekonomi keluarga yang bagus dari kelompok, akhirnya membuat mama-mama dari luar kelompok ikut bergabung, ini menunjukan tingginya semangat dan minat juga,” kata Simon.

Mama – mama menjual satu kotak teh dibanderol dengan harga Rp20 ribu, kemudian ada yang dibungkus menggunakan aluminium foil dengan berat 100 gram dijual dengan harga Rp30 ribu.

“Khasiatnya menurut lab ada kandungan jossnya, terus ada satu mama yang kena penyakit gula, setelah konsumsi teh itu hilang luka-lukannya. Kemudian ada kandungan anti oksidannya yang bagus di konsumsi untuk perokok aktif,” ujarnya

Sementara itu saat ini pihaknya sedang mendorong produk tersebut ke BPOM untuk bisa masuk dalam kategori produk pangan.

Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Mimika, Maryana J E Hamadi menjelaskan petani yang ada di Mimika merupakan binaan dari Dinas Kehutanan sejak tahun 2018.

Pihaknya ingin agar Pemerintah Kabupaten Mimika memberikan dukungan maupun sektor swasta.

Untuk itu pada Jumat (19/11/2021) pihaknya mengundang beberapa instansi terkait seperti SLD PTFI, Koperasi Maria Bintang Laut, Sejumlah Supermarket untuk mengekspos hasil produksi teh mangrove.

“Harapannya pihak swasta dapat memberikan bantuan pemasaran dan memperkenalkan produk ini. kita ingin ada expose hasil penelitian, diharapkan juga hasil yang diexpose dapat meyakinkan BPOM untuk nantinya produk bisa dikembangkan,” tuturnya.

penulis : Kristin Rejang
editor : Batt

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *