Umat Hindu Mimika Tutup Nyepi dengan Dharma Shanti

Plt Bupati Mimika bersama dengan Forkopimda, PHDI dan Dirjen Binmas Hindu Kemenag dalam kegiatan perayaan Dharmasakti Umat Hindu Mimika di Hotel Cartenz, Jumat (28/4/2023) (Foto: Fachruddin Aji/Seputarpapua)
Plt Bupati Mimika bersama dengan Forkopimda, PHDI dan Dirjen Binmas Hindu Kemenag dalam kegiatan perayaan Dharmasakti Umat Hindu Mimika di Hotel Cartenz, Jumat (28/4/2023) (Foto: Fachruddin Aji/Seputarpapua)

TIMIKA | Umat Hindu di Kabupaten Mimika menutup rangkaian Ibadah Nyepi dengan menggelar kegiatan Dharma Santi, di Hotel Cartenz Mimika, Jumat (28/4/2023). Kegiatan ini juga dihadiri Plt Bupati Mimika Johannes Rettob.

Dharma Santi adalah salah satu dari rangkaian perayaan hari raya Nyepi umat Hindu berupa pertemuan untuk saling memaafkan kesalahan masing-masing dan berjanji untuk tidak membuat kesalahan lagi dikemudian hari.

Ketua Panitia oleh AKP I Wayan Nurida dalam laporannya mengatakan, usai memperingati Hari Raya Nyepi dalam rangka menyongsong peringatan Dharma Santi, panitia melaksanakan berbagai kegiatan, diantaranya kerja bakti di Pura Mandhira Mihika Mandaloka yang terletak di kawasan Kampung Kampung Kamoro Jaya, Distrik Wania.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada semua sponsor dan para tamu undangan yang sudah hadir dalam kegiatan ini,” ujarnya.

Usai sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan kitab Pustaka Weda oleh Putu Riantika Agustina Darma Putri dan Putu Ayu Saraswati.

Hadir dalam kegiatan tersebut Dirjen Bina Masyarakat Hindu Kementerian Agama Republik Indomesia Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija. Ia berpesan agar umat Hindu di Mimika benar-benar memaknai Hari Raya Nyepi dan sembahyang.

“Dua hal yang penting adalah logika dan keyakinan yang dipegang dalam beragama. Sebagai manusia, nyawa kita dipegang oleh Tuhan yang maha kuasa sehingga kita wajib memujiNya, itulah mengapa setiap tahun kita merayakan Nyepi,” ujarnya

I Nengah melanjutkan, sembayang adalah untuk menurunkan kekuatan atas dan menaikan kekuatan bawah (upacara nafas).

“Ketika melakukan sembahyang maka kita sedang melakukan upacara nafas, itulah bentuk dari implementasi dari Hari Raya Nyepi, kita sembahyang adalah mengelolah nafas agar air dan api dalam tubuh kita menjadi seimbang, sebab jika air terlalu besar maka tubuh kita menjadi dingin begitupun sebaliknya,” paparnya.

Alasan itulah kata I Nengah, umat Hindu di seluruh Indonesa merayakan catur prata, yaitu ritual nafas yang dilakukan setiap tahun.

Dalam penyampaiannya ia juga berpesan agar semua umat Hindu di Indonesia khususnya Mimika menjadi penjaga Pancasila. Selain itu ia juga meminta umat Hindu menghindari kekerasan, dan penghinaan terhadap tradisi lokal.

“Umat Hindu wajib menjunjung nilai-nilai dimana ia berpijak, jangan membuat aturan yang justru menjebak generasi kita, saya berharap umat Hindu di Mimika menjadi bagian dalam pembangunan,” tuturnya.

Ketua PHDI Provisi Papua Tengah
I Dewa Gede Sukawati mengajak umat Hindu di Mimika untuk ikut serta mendukung setiap kegiatan yang dilakukan oleh Pemkab dan pemerintah pusat.

“Umat Hindu wajib menghargai apa yang menjadi kebijakan pemerintah, karena pemerintah adalah guru yang membina kita dalam bernegara,” tuturnya

Ketua FKUB Kabupaten Mimika Ignatius Roberth Adii yang ikut memberikan sambutan mengingatkan semua umat beragama harus menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, pasalnya Kabupaten Mimika merupakan kabupaten toleransi.

Adii juga memberikan apresiasi kepada Umat Hindu di Mimika yang turut berperan dalam FKUB dan pembangunan di Kabupaten Mimika.

Menutup serangkaian sambutan, Plt Bupati Johannes Rettob mengatakan perhelatan Dharma Santi pernah dilakukan sebelumnya tahun 2000, artinya sudah 20 tahun lebih, belum pernah diselengarakan kembali, dan tahun ini menurutnya menjadi sejarah kembali bagi umat hidup Mimika, sebab berhasil kembali menggelar kegiatan itu.

“Toleransi itu penting bagi kita, lihat saja saat perayaan Natal, banyak umat muslim ikut menjaga keamanan, begitu juga umat Hindu, inilah yang harus kita jaga terus menerus,” tegasnya.

John berharap warga Mimika terus saling mendukung, mengingat begitu banyak perbedaan, agama, budaya, namun rasa saling menghargai, toleransi harus tetap dijunjung tinggi.

Sebelumnya kata John, Mimika berhasil menggelar Pesparawi, dan itu menjadi barometer toleransi di Mimika, karena dalam kepanitiaan melibatkan semua keagamaan.

“Itulah bukti toleransi,” tutupnya.

 

penulis : Fachruddin Aji

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *