NABIRE | Pihak TNI-Polri diduga membakar sekitar 20 unit rumah warga di Kampung Munumai, Distrik Titigi, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, pada Selasa, 11 April 2023.
Hal ini disampaikan seorang Tokoh Pemuda Kampung Munumai, Jhones Kobogau, kepada seputarpapua.com, Rabu (12/4/2023).
Jhones mengatakan bahwa sejak Selasa subuh, 11 April 2023, pasukan TNI-Polri mengepung Kampung Munumai dan melakukan penyisiran ke pemukiman warga di kampung itu.
“Kemarin pagi subuh, Selasa (11/4) itu TNI-Polri dari Pos Titigi mengepung Kampung Munumai dan mereka siksa masyarakat,” kata Jhones.
Bahkan, menurut Jhones, pasukan TNI-Polri bukan hanya melakukan pengepungan melainkan juga melakukan penyerangan terhadap warga di Kampung Munumai.
“Pos TNI-Polri di Titigi itu dekat dengan seberang Sungai Dogabu di Kampung Munumai. Jadi pagi subuh langsung masuk dan kejar masyarakat,” kata Jhones.
Dalam penyisiran yang terjadi, dikabarkan ada warga yang meninggal dunia akibat tertembak.
“Orang-orang tua yang tidak bisa jalan baru mereka tinggalkan di halaman gereja. Lainnya itu, ada seorang ibu dan lansia ditembak,” kata Jhones Kobogau.
Tidak hanya itu, ada sekitar 20 unit rumah atau honai milik warga turut dibakar, sehingga warga dikabarkan mengungsi ke dalam hutan.
“Kami dengar suara orang tua yang berteriak, suara mereka seperti orang yang sedang disiksa. Namun belum diketahui kondisi para orang tua tersebut, masih hidup atau sudah meninggal, karena kampung tersebut masih dikuasai oleh pasukan TNI dan Polri,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ternak babi milik warga juga menjadi sasaran tembak.
Seorang warga Kampung Munumai, Marten Ugipa juga mengungkapkan, usai melakukan penyisiran di Kampung Munumai, pasukan TNI-Polri bergerak ke Kampung Mbamoga dan Danggoa yang berdekatan dengan Kampung Munumai untuk melanjutkan pergerakan.
“Warga melihat aparat keamanan mulai bergerak naik mengambil dua jalur, satu ke arah Mbamogo dan satu ke arah Danggoa, sehingga masyarakat mulai mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan (mengamankan) diri,” kata Marthen.
Mengetahui hal yang terjadi, Marthen menilai bahwa pergerakan atau penyisiran yang dilakukan pasukan TNI-Polri ibarat penyerangan, seperti sedang menjalankan operasi militer.
Sementara keterangan lainnya datang dari Komandan Batalyon Ndulamo, Aibon Kogeya. Dalam keterangan tertulis yang diterima awak media ini, Aibon Kogeya mengatakan ia bersama pasukannya telah menghadang pasukan TNI-Polri dalam perjalanan ke Kampung Danggoa.
“Kami tembak tiga orang anggota TNI dan satu anjing pelacak, tetapi kekuatan pasukan TNI-Polri sangat besar, sehingga mereka tetap tembus ke Kampung Danggoa, sekitar pukul 14.40 waktu setempat. Namun tidak sampai di halaman Gereja Danggoa, tapi ambil posisi dan bertahan di Tambanggama. Sedangkan anggota TNI yang kami tembak belum diketahui apakah luka-luka atau mati,” demikian kata Aibon Kogeya dalam keterangannya.
Aibon juga menyatakan pasukannya tidak akan mundur, meski pasukan TNI-Polri dengan kekuatan penuh mendatangi mereka untuk menyerang.
“Kami tetap akan bertahan sampai mereka (TNI-Polri) menghabiskan kami,” tegasnya.
Dua kampung lainnya, Kampung Tusiga dan Jamologo juga dikabarkan warga telah menggungsi ke hutan untuk menghindari penyisiran yang dilakukan pasukan TNI-Polri. Keempat kampung ini masuk dalam wilayah Distrik Agisiga, Intan Jaya.
Masyarakat pada beberapa kampung di Distrik Hitadipa dan Sugapa juga mengungsi, sebagian ada yang lari ke hutan dan kampung lainnya seperti Titigi, Ndugusiga, Yaindapa, Sugapa Lama, Hitadipa, Zanamba, Bajemba, Kusage, Holomama dan beberapa kampung kecil lainnya.
Pada hari yang sama, Selasa, Pemerintah Kabupaten Intan Jaya dan Satgas Gabungan Yonif 305 dilaporkan melakukan pertemuan di ruang Asisten I Setda Kabupaten Intan Jaya terkait langkah yang dilakukan pihak TNI-Polri ke sejumlah kampung di wilayah itu.
Dalam pertemuan itu, dari Satgas gabungan Yonif PR 305/Tengkorak menyatakan akan terus bertahan dalam menghadapi pasukan TPNPB-OPM atau KKB sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Sehingga, pemerintah daerah setempat mengeluarkan imbauan kepada masyarakat sipil di wilayah Titigi dan sekitarnya untuk segera menggungsi ke tempat-tempat yang aman atau di sekitaran gereja.
Terkait kejadian ini, hal berbeda disampaikan pihak TNI dalam hal ini Kodam XVII/Cenderawasih melalui keterangan tertulis yang dikeluarkan Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih, Kolonel Kav Herman Taryaman, Rabu.
Kapendam menyampaikan bahwa kelompok separatis kembali berulah dengan melarang warga khususnya mama-mama yang berada di sekitar perkampungan Hitadipa, Titigi, Bamanggo, Eknemba, Dugusiga hingga ke sekitaran Mamba dan Sambili untuk berjualan.
Seperti yang dialami mama-mama warga Hitadipa yang membawa hasil bumi menuju Pasar Sugapa, mereka dihadang kelompok separatis pimpinan Daniel Aibon, lalu diancam dan dilarang menjual hasil bumi disekitaran pasar.
“Berdasarkan keluhan dan laporan dari warga kepada aparat keamanan. Setelah dicek di lapangan, memang benar gerombolan KST melarang mama-mama berjualan di pasar,” ungkap Kapendam.
Sementara itu informasi yang juga diperoleh TNI dari mama-mama yang akan menjual hasil bumi di Pasar Sugapa bahwa, mereka tidak diperbolehkan kelompok separatis untuk berjualan disekitar Pasar Sugapa.
“Warga dan khususnya mama-mama kecewa dan sangat marah, karena tidak bisa berjualan dan menghidupi keluarganya. Tentunya hal itu sangat merugikan masyarakat banyak, baik warga penjual yang tidak bisa mendapatkan penghasilan dari penjualannya, dan warga pembeli yang tidak bisa memperoleh bahan makanan,” tuturnya.
Pihak TNI juga menuding kelompok separatis selain melarang mama-mama untuk berjualan, juga membakar honai-honai atau rumah tempat tinggal warga.
Bahkan kelompok separatis memaksa mengungsi warga yang sudah mendapatkan bantuan fasilitas air bersih dan listrik dari TNI untuk meninggalkan atau mengosongkan kampungnya, seperti yang terjadi di Kampung Mamba.
“Di tengah suasana gembira warga mendapat bantuan air bersih dan listrik dari TNI. Tak disangka KST justeru bersikap tidak berkeprikemanusiaan mengusir warga,” kata Kapendam.
Kemudian berdasarkan informasi yang diperoleh TNI dari warga yang diusir oleh kelompok separatis, menyampaikan bahwa, saat ini beberapa orang dari gerombolan separatis berada di sekitar tempat ibadah di Kampung Mamba Bawah. Mereka melakukan intimidasi terhadap warga dengan terus menyuruh untuk mengungsi.
“Terkait hal ini, kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan akan kita bantu dan melindungi,” kata Kolonel Herman.
“Kita minta kepada gerombolan KST untuk menghentikan aksi teror-teror kepada masyarakat, dan jangan sakiti warga,” tegas Kapendam.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis