Lanjutnya, pasien yang positif malaria harus dengan teratur minum obat dan menggunakan kelambu agar tidak tergigit nyamuk anopheles betina.
“Kalau pasiennya taat, maka parasit akan mati ditubuhnya dengan obat yang dia minum. Kalau dia teratur pakai kelambu, tidak ada nyamuk yang gigit. Maka meski nyamuk itu bertambah banyak, tapi parasit sudah tidak ada lagi, maka kita akan bebas dari malaria. Malaria sudab tidak ada,” jelas Richard.
Lanjutnya, pembagian kelambu sempat terkendala akibat medan yang harus dilalui tim medis. Mengingat Kabupaten Asmat dikelilingi sungai-sungai, sehingga moda transportasi utama menggunakan speedboat atau longboat.
“Pembagian kelambu ini yang makan biaya itu, operasionalnya. Karena kita bagi sampai ke pelosok-pelosok dan pedalaman. Itu biaya BBM-nya besar,” kata Richard.
Namun, hingga akhir September semua kelambu yang menjadi hak masyarakat sudah dibagikan.
Richard pun berharap, kelambu ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya agar Papua bebas malaria 2030 dapat terwujud.
“Jangan kelambu ini digunakan untuk jaring udang-udang halus itu, ya,” pesan Richard.
Tinggalkan Balasan