Titi Anggraini: Pilkada Serentak Nasional 2024 Picu Kelelahan Berpolitik

waktu baca 2 menit
Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini saat menjadi narasumber Seminar Peraturan Pemilihan Tahun 2024 yang digelar oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Mimika, di Hotel Swiss Bell-Inn, Sabtu (15/6/2024). (Foto: Fachruddin Aji/Seputarpapua)

TIMIKA, Seputarpapua.com | Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menyebut Pilkada Serentak 2024 secara nasional akan menimbulkan kelelahan berpolitik, dan itu menjadi salah satu tantangan dalam pelaksanaannya.

Titi mengatakan kelelahan berpolitik timbul karena pemilihan umum (Pemilu) termasuk pemilihan presiden dan wakilnya, legislatif (Pileg) dan kepala daerah (Pilkada) digelar di satu tahun yang sama.

“Akibat (Pemilu 2024) diselenggarakan di satu tahun yang sama, ini jadi antisipasi buat kita, kita berada dalam situasi kelelahan politik dan pemilih,” katanya dalam Seminar Peraturan Pemilihan Tahun 2024 yang digelar oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Mimika, di Hotel Swiss Bell-Inn, Sabtu (15/6/2024).

Menurut Titi, khusus di Tanah Papua terjadi fenomena sebaliknya, sebab menurut survei masyarakat di Papua, ketertarikan isu politiknya cukup tinggi.

“Tetapi secara nasional, aktor dan partai politik kita masih mengalami kelelahan, dia belum sepenuhnya pulih dari Pemilu, kita langsung harus masuk ke kompetisi Pilkada,” katanya.

Disamping aktor dan Parpol, menurut Titi, pemilih juga mengalami kelelahan, karena setelah mengikuti Pemilu, selanjutnya diminta untuk mendukung, contohnya calon perseorangan atau memilih calon dari Parpol.

“Dikhawatirkan (kelelahan politik) dampaknya pemilih mungkin tidak optimal dalam mengawal persiapan tahapan Pilkada apalagi fokus pada politik gagasan,” ungkapnya.

Titi memprediksi pada Pilkada 2024 secara nasional akan diwarnai dengan fenomena peningkatan calon tunggal.

“Pilkada 2024 (secara nasional) sangat mungkin calon tunggal akan meningkat. Pada 2015 ada tiga calon tunggal, 2017 ada 9, 2018 ada 16 dan 2020 ada 25, bisa jadi 2024 akan lebih banyak lagi, akibat kelelahan politik,” terangnya.

Akibat kelelahan politik menurut Titi akan timbul pula fenomena pragmatisme yang dilakukan oleh partai politik.

“Akibat kelelahan politik akhirnya mendorong pragmatisme (Parpol) untuk yasudahlah kita (Parpol) juga tidak punya kader terlalu bagus punya elektabilitas, kita gabung saja dengan perahu yang bisa menawarkan konsensi politik,” katanya.

Editor:

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Exit mobile version