Kisah Sudiro Menjadi Aktifis Serikat Pekerja, Diteror Hingga Diancam Dibunuh

waktu baca 7 menit
Sudiro saat menjalani sidang di Pengadilan Negeri Kota Timika beberapa waktu lalu - Foto : Sevianto/SP

TIMIKA | Mantan Ketua PUK SP-KEP SPSI PT Freeport Indonesia (PTFI) Sudiro (48) yang kini dihadapkan dengan proses hukum di pengadilan, mengungkap perjalanan hidupnya menjadi aktifis serikat pekerja dalam membela hak-hak ribuan karyawan perusahaan itu.

Sudiro buka-bukaan menceritakan kisah semasa menjabat Ketua PUK Freeport dua periode, hingga harus berakhir di kursi pesakitan. Berikut lanjutan dari Nota Pembelaan Sudiro berjudul “Boneka Sang Raja” yang dibacakan dalam sidang di Pengadilan Negeri Kota Timika, Senin (25/9/17).

Sebuah proses yang sangat panjang dan sangat melelahkan yang sebelumnya tidak terpikirkan dalam benak saya. Bahwa saya akan mengalami hal-hal seperti ini. Apa yang terjadi sama sekali diluar dugaan saya dan sangat menguras energi.

Meskipun demikian, saya senantiasa bersyukur sembari beristiqfar dan menganggap bahwa semua proses yang harus saya lewati sudah merupakan kehendak sang khalik, Tuhan yang maha kuasa. Saya percaya, Tuhan yang maha kuasa sudah mempersiapkan pelangi bagi kehidupan saya, semua akan indah pada waktunya.

Nota pembelaan pribadi saya ini sekaligus untuk mengungkapkan apa yang saya alami dan apa yang mengganjal di hati saya. Dengan harapan agar nantinya menjadi bahan pertimbangan Majelis Hakim sehingga dapat memutuskan perkara ini seadil adilnya.

Penegakan hukum tentunya berdasarkan fakta maupun bukti, bukan berdasarkan asumsi ataupun opini. Peristiwa yang saya alami, dalam perkara penggelapan ini, sama sekali tidak saya duga apalagi saya lakukan.

Saya masuk menjadi karyawan PT Freeport Indonesia pada tahun 1992. Tentunya ada rasa bangga bisa menjadi bahagian dari perusahaan emas terbesar dunia. Saya menekuni pekerjaan penuh tanggung jawab dan dedikasi tinggi, tidak pernah sedikitpun mengeluh.

Seiring berjalannya waktu, ada kejanggalan yang saya lihat, saya alami, rasakan, di dalam menjalani pekerjaan ini.  Begitupun dirasakan teman-teman pekerja lainnya.

Saya merasakan ada kekuatan yang sangat besar di dalam perusahaan ini, yang tidak nampak, tapi kekuatan yang bersifat absolut. Tidak akan bisa dilawan dan ditembus oleh siapapun.

Kesewenang-wenangan dan ketidak adilan terjadi di semua departemen. Banyak raja-raja kecil, mereka sangat diskriminatif, berbuat dan memutuskan semaunya sendiri.

(Para karyawan waktu itu) bekerja tidak pernah dianggap, hanya bisa diam ketika diperlakukan secara tidak adil. Karena taruhannya adalah dipecat jika membangkang.

Saya heran, mengapa mereka menginjak sesama anak bangsa sendiri. Sementara pekerja saat itu tidak bisa berbuat banyak, malah cenderung ikut bermain apa yang manajemen perusahaan inginkan.

Melihat hal tersebut, hati nurani saya merasa terpanggil untuk merubah nasib para pekerja agar bisa lebih dimanusiakan. Kondisi ini yang memanggil saya ikut bergabung di dalam organisasi serikat pekerja, waktu itu saya menjadi komisaris di salah satu departemen.

Namun oleh karena tindakan saya yang berani melawan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan yang selama ini sudah mendarah daging di tempat kerja. Maka, saat itulah banyak raja-raja kecil yang merasa terusik. Sehingga tidak suka terhadap perubahan dan pembenahan yang saya lakukan.

Untuk diketahui, Sudiro terpilih menjadi Ketua PUK SP-KEP SPSI PT Freeport Indonesia pada periode tahun 2010-2013. Kemudian banyak anggota serikat pekerja meminta Sudiro kembali menjabat Ketua PUK Freeport periode berikutnya, 2014-2017.

Keberadaan anggota PUK SPKEP SPSI PT Freeport sebelum kepeminpinan saya, hanya ada sekitar 5.000an karyawan. Setelah saya menjabat, jumlah anggota yang tergabung meningkat tajam sampai mencapai 10.000 karyawan.

Sementara kondisi pekerja sebelum saya menjabat sebagai Ketua PUK sangat memprihatinkan. Padahal, perusahaan ini adalah tambang emas kelas dunia. Tapi kesejahteraan pekerja waktu itu sangat minim. Belum lagi mereka diperlakukan sewenang-wenang oleh perusahaan.

Visi dan misi saya sangat jelas. Yaitu membela, melindungi, memperjuangkan, dan meningkatkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya. “Kita harus merdeka di tanah air kita sendiri, bukan hanya menjadi penonton di tengah kekayaan kita yang melimpah”.

Semenjak bergabung dengan serikat pekerja, ada banyak hasil positif yang sudah kami lakukan. Misalnya kenaikan upah pokok sebesar 80 persen dan kenaikan fasilitas pelayanan rawat inap di rumah sakit sesuai dengan golongan dan jabatan pekerja.

Selain itu, ada tunjangan hari tua melalui asuransi selain dana pensiun, kenaikan tunjangan pendidikan sekolah anak, penerbangan khusus untuk karyawan tujuh suku ke daerah asalnya di pedalaman yang sebelumnya tidak pernah ada, serta berbagai tunjangan benefit lainnya.

Namun proses terpilihnya saya menjadi Ketua PUK periode pertama, tidak lah mudah. Banyak liku-liku dan intimidasi yang saya terima. Saat hari pertama saya terpilih, intimidasi sudah mulai dilancarkan. Waktu itu ada sekelompok orang mendatangi barak dimana saya tinggal. Mereka memaksa saya agar mundur dari terpilihnya saya sebagai Ketua PUK. Beruntung saya bisa atasi mereka dengan cara mengajak berdialog.

Tidak sampai disitu saja, setelah saya menjabat ketua PUK selama dua periode, intimidasi dan ancaman tidak pernah berkesudahan. Saya pernah diancam akan dibunuh melalui telepon gelap, termasuk keluarga saya akan dihabisi. Itu pada saat proses perundingan dengan manajemen Freeport yang mengalami kebuntuan di awal tahun 2012.

“Terdengar suara di telpon bahwa: kalau kamu tetap tidak mengikuti hasil perundingan dan tetap mengikuti suara lapangan (karyawan) kamu dan keluargamu akan kami habisi”

Tidak itu saja. Usaha warung makan dan jualan bawang merah – bawang putih kami juga sengaja dibakar oleh orang tak dikenal. Bahkan sering kali ada orang yang sengaja menabrak motor yang saya kendarai di jalan. Saya naik ojek juga ditabrak orang dari belakang, disertai ancaman yang serupa.

Beberapa kali rumah tempat saya mengontrak di Jalan Pendidikan, Kota Timika, diteror, dilempari batu, dilempari bangkai binatang, hingga binatang yang baru disembeli. Bahkan ada orang tak dikenal sengaja buang hajat di depan rumah saat kami tidak berada di rumah. Lampu teras dan lampu depan rumah tak luput sering pecah dilempar batu.

Tidak sampai disitu, rumah saya pernah dikepung dan hendak dibakar oleh sekelompok massa (yang diduga) suruhan pihak tertentu. Dua kali kantor sekertariat PUK SPKEP SPSI diserang dan dirusak, termasuk seluruh perangkat,  perabot, hingga pintu masuk ditimbuni batu dan pasir oleh massa tak dikenal.

Salah satu peristiwa mencengangkan juga pernah terjadi yaitu penembakan yang justru mengenai rumah kontrakan sebelah rumah saya. Pemilik kontrakan lantas mengusir saya untuk segera pindah karena mereka ketakutan akan ikut menjadi sasaran teror.

Saya juga pernah diracun melalui makanan yang dikirim ke rumah saya. Bahkan anak saya ikut mendapat intimidasi, dan sering dipukuli oleh orang tak dikenal saat pulang sekolah. Orang itu mengatakan “ini sudah anaknya orang yang bikin susah perusahaan”.

Selain ancaman secara fisik dan intimidasi secara psikologis, saya juga sering diancam secara supranatural. Sudah tak terhitung banyaknya saya mengalami hal-hal yang berbau mistik.

Kondisi yang kami alami ini, sempat membuat keluarga saya tertekan dan stres serta traumatis yang dialami anak-anak saya. Makanya, pertumbuhan anak saya menjadi tidak normal. Mereka tidak seperti anak remaja pada umumnya yang bisa bebas melakukan aktifitas di luar rumah. Kami sebagai orang tua harus menjaga lebih ekstra ketat, jangan sampai ancaman itu menjadi kenyataan.

Pada intinya, semua ancaman dan intimidasi itu untuk memaksa saya berhenti menjadi Ketua PUK SP-KEP SPSI PT Freeport Indonesia dengan cara apapun. Itulah yang menjadi tujuan utama orang-orang yang meneror saya dan keluarga saya.

Meski begitu, saya tidak akan pernah mundur. Ini juga sebagai rasa tanggung jawab serta amanah yang diberikan kepada saya. Saya tidak menghiraukan ancaman demi ancaman tersebut. Prinsip saya adalah sekalipun langit akan runtuh, keadilan pasti ditegakkan. Hanya dengan doa dan pasrah kepada Tuhan saja, kami sampai saat ini masih diberi kesehatan dan keselamatan.

Setelah masa kepemimpinan Sudiro periode 2010-2013 berakhir, begitu banyak anggota serikat menghendaki agar dia kembali menjabat. Ia kemudian kembali terpilih pada Musnik ke VII Januari tahun 2014. Ia mendapat suara terbanyak dari tujuh calon lainnya.

Akan tetapi, hasil Musnik ke VII tersebut tidak diakui keapsahannya oleh PC SPKEP SPSI Kab Mimika yang dipimpin Virgo Henry Solossa saat itu. Dengan alasan Musnik tidak sah, Virgo tidak mau melantik Sudiro sehingga terjadi kekosongan kepengurusan PUK Freeport.

Ketua Sidang Musnik lalu melakukan tugas sesuai amanah Musnik, untuk melaporkan kepada peringkat di atasnya yaitu PP SPKEP SPSI di Jakarta untuk mengambil keputusan. Maka dengan kewenangan PP, pada 30 April 2014 secara sah melantik hasil Musnik ke VII tersebut.  

“Akibat karena tidak diakui dan dilantiknya pengurus PUK Freeport periode 2014-2017 oleh PC, maka anggota melalui komisaris masing-masing sepakat menghentikan pembayaran iuran ke PC sampai permasalahan internal diselesaikan,” kata Sudiro.

Namun, Virgo Solossa dengan kapasitasnya sebagai Ketua PC kemudian melaporkan Sudiro ke Polisi pada September 2016 dengan tuduhan telah menggelapkan iuran anggota sebesar Rp3,3 miliar.

Padahal, menurut Sudiro iuran tersebut ditangguhkan dalam rekening giro PUK (sambil masalah internal organisasi diselesaikan). Kemudian, iuran itu dititipkan ke PP, dan terakhir telah dikembalikan ke PC (pimpinan Aser Gobai) sebagai pihak yang berhak.

“Laporan Virgo saat itu telah ditindak lanjuti oleh Polres Mimika di bawah kepemimpinan AKBP Yustanto Mujiharso, namun dengan mengeluarkan surat bahwa masalah internal organisasi harusnya diselesaikan secara internal organisasi pula,” ungkap Sudiro.

Seiring waktu bergulir, proses hukum terhadap Sudiro berlanjut di masa kepemimpinan Kapolres Mimika AKBP Victor Dean Mackbon. Bahkan, penyidik yang menangani perkara ini gabungan dari Polda Papua. (rum/SP)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Exit mobile version