Kolam Bandar PPI Pomako Timika Darurat Pendangkalan
TIMIKA | Kolam bandar Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pomako Timika saat ini mengalami pendangkalan serius. Bahkan kedalaman di sekitar dermaga pada kondisi air surut terendah hanya 80 Cm.
Syahbandar PPI Pomako Andi Abdul Gaffar mengatakan, pendangkalan ini cukup menghambat aktifitas kapal ikan maupun kapal milik masyarakat keluar-masuk dan harus menunggu air pasang.
“Saat ini kedalaman tidak sampai satu meter, hanya sekitar 80 cm di bawah dermaga pada kondisi surut terendah. Kalau pasang paling tinggi mencapai 1,8 meter sampai dua meter,” kata Gaffar kepada wartawan di Pomako, Kamis (28/9).
Gaffar berharap, Pemerintah Daerah Mimika cepat merespon kondisi ini dan segera melakukan pengerukan kolam bandar PPI Pomako yang semakin mengalami pendangkalan serius.
“Memang harus dilakukan pengerukan. Pendangkalan semakin parah, kapal-kapal kandas. Ini tentu menghambat aktifitas pelabuhan,” imbuhnya.
Disamping itu, Gaffar mengakui jika PPI Pomako hingga kini masih sangat minim fasilitas. Padahal, pangakalan tersebut berpotensi besar untuk mendatangkan pendapatan bagi daerah jika dikelola secara baik.
Meski begitu, Gaffar sendiri tengah berupaya menggalang para pengusaha atau pemilik kapal ikan dari daerah lain masuk di Timika, dengan harapan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor perikanan.
“Kalau di Dobo, Maluku Tenggara, ada sekitar 1.000an kapal ikan sedang beroperasi. Mereka didukung fasilitas memadai. Makanya pendapatan utama mereka adalah perikanan. Kita juga ingin memanfaatkan potensi besar seperti itu,” tuturnya.
Sebelumnya, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mimika pada masa Kepala Dinas Ignatius Eddy Santoso telah mengagendakan pengerukan kolam bandar PPI Pomako pada 2018 mendatang.
Ketika itu Eddy Santoso mengatakan bahwa pengerukan area sekitar PPI Pomako untuk menghindari pendangkalan semakin parah, apalagi banyak kapal ikan berencana masuk di Timika.
“Mobilitas kapal-kapal di PPI sudah meningkat. Ada banyak kapal yang ingin masuk, bukan saja kapal nelayan di sini tetapi juga dari Jawa dan Bali sehingga penting melakukan pengerukan,” kata Eddy. (rum/SP)
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis