Sekolah Taruna Papua Satukan Perbedaan di Bulan Bahasa

waktu baca 2 menit
PENAMPILAN | Para siswa Sekolah Taruna Papua di pentas seni menampilkan berbagai kreativitas dan potensi mereka. (Foto: Sevianto)

TIMIKA | Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) menyelenggarakan program 'Bulan Bahasa' setiap bulan Oktober sekaligus mewarnai peringatan Hari Sumpah Pemuda. 

Program Bulan Bahasa di sekolah milik Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) itu, dalam rangka membangun karakter generasi menghargai perbedaan yang disatukan dengan satu bahasa, Bahasa Indonesia. 

Tahun ini, program Bulan Bahasa SATP mengusung tema "Harmoni Dalam Kebhinnekaan”. Berbagai lomba digelar untuk mengisi kegiatan yang berlangsung sejak 22 Oktober, puncaknya pada 29 Oktober. 

Para murid/siswa tingkat SD dan SMP di sekolah berpola asrama tersebut antusias mengikuti berbagai kegiatan yang digelar. Mereka unjuk potensi masing-masing dalam pentas dan lomba yang diadakan. 

Sekolah berpola asrama yang dibangun LPMAK, lembaga nirlaba yang mengelola dana kemitraan PT. Freeport Indonesia itu mendidik putra-putri Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan lainnya. 

Sistem pendidikan dan metode belajar di sekolah ini berbeda dari sekolah pada umumnya. Siswanya tak hanya mendapat pendidikan formal, tetapi juga berbagai aktivitas untuk membangun karakter dan menggali potensi setiap anak didik. 

Pada momentum Bulan Bahasa ini, para siswa tampil dengan segala kreativitas, potensi yang mereka miliki. Tentu saja ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengembangkan diri menjadi generasi yang unggul di masa depan. 

Kepala Sekolah SD-SMP Taruna Papua, Johana M.M Tnunay mengatakan, program 'Bulan Bahasa' memang sengaja diadakan pada momentum Hari Sumpah Pemuda. 

"Dalam isi Sumpah Pemuda, salah satunya adalah bahasa, menandakan atau memberikan kesan kepada kita semua bahwa melalui bahasa kita dapat dipersatukan,” katanya. 

Para guru maupun pembina asrama pun berlatar belakang heterogen, sedangkan anak-anak di SATP cenderung homogeny, yang hanya terdiri dari dua suku besar di Mimika, yakni Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan.

Guru di sekolah ini berusaha menghadirkan suasana nasionalisme dengan mengenalkan berbagai budaya kepada anak didik, serta menumbuhkan rasa cinta berbangsa melalui pemberian motivasi dalam berbagai perlombaan.

Di samping itu, pada momen Bulan Bahasa kali ini SATP mengundang pendongeng seribu pentas dari Aceh, Agus Nur Amal atau yang lebih dikenal sebagai Agus PM Toh.

Johana mengatakan, bercerita kepada anak-anak sebenarnya hal yang sangat penting. Makanya, sebelum tidur anak-anak biasanya disuguhkan dengan cerita-cerita budaya hingga peristiwa heroik. Itu akan direkam oleh ingatan mereka. 

“Kami juga mencoba berbagai cara mendidik dan menggali potensi anak-anak, misalnya menggunakan sarana HP sesuai perkembangan saat ini. Terutama soal budaya, itu hal penting," kata Johana. 

Reporter: Sevianto
Editor: Aditra

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Exit mobile version