Malaria Sering Kambuh, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

waktu baca 3 menit
Ilustrasi

TIMIKA | Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Kesehatan terus berupaya melakukan intervensi untuk mengeliminasi penyakit malaria.

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Dinkes mulai dari penyemprotan, pembagian kelambu, sampai kepada workshop dengan melibatkan pihak multi sektoral. Semua ini dilakukan guna percepatan dalam penanganan malaria di Mimika.

Terkait hal tersebut, Dinkes telah menyediakan pelayanan kesehatan, sehingga 70 persen masyarakat bisa mengakses layanan kesehatan yang ada. Selain itu, 97 persen masyarakat yang sakit diberikan obat sesuai protokol Kementerian Kesehatan RI.

Namun demikian, dari data yang dimiliki oleh Dinkes Mimika, hanya 9 persen masyarakat yang kembali untuk melakukan pemeriksaan ulang setelah obat habis, 84 sampai 91 persen tidak kembali. Padahal, pemeriksaan kembali bertujuan untuk memastikan apakah malaria sudah lenyap dalam darah atau belum.

Kambuhnya penyakit malaria selain disebabkan oleh lingkungan, proporsi paling banyak adalah ketidakpatuhan pasien meminum obat.

Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra mengatakan, setiap masyarakat yang datang ke fasilitas kesehatan untuk memeriksa malaria, jika hasilnya positif akan diberikan dua obat, yakni Dihidroartemisinin ditambah Piperakuin (DHP) atau biasa dikenal dengan sebutan obat biru dan Primakuin (obat cokelat).

Obat biru berfungsi untuk menyelesaikan parasit bibit malaria yang beredar di dalam darah, sementara obat cokelat untuk menyelesaikan atau membunuh malaria yang ada di dalam sel hati. Jika dilihat, malaria didominasi kasus-kasus kambuhan, terutama malaria tersiana yang diharuskan meminum obat cokelat selama 14 hari.

Hasil studi yang dilakukan pada akhir tahun 2022 sampai Maret 2023, rata-rata penderita malaria tersiana meninggalkan obat cokelat pada hari ke 5, hal itu sangat berpotensi membuat penyakit ini kambuh lagi.

“Kasus malaria tinggi dipengaruhi kekambuhan. Karena hampir 70 persen itu kekambuhan,” kata Reynold Ubra, pada Jumat, 17 November 2023.

Dinkes Mimika melakukan analisa terhadap penyebab malaria, yangmana ada tiga hal besar, yakni kekambuhan yang disebabkan meminum obat cokelat tidak sampai tuntas.

“Namun kalau kekambuhan itu terus terjadi, maka yang dikuatirkan adalah ketersediaan obat serta terjadinya resistensi terhadap obat,” katanya.

Kemudian penyebab berikutnya adalah munculnya infeksi baru yang disebabkan lingkungan yang kotor.

Data menunjukkan bahwa daerah reseptif nyamuk di Mimika paling kurang adalah 24 persen untuk anopheles (nyamuk penyebab malaria), padahal standarnya harus kurang dari satu persen.

Infeksi, dipaparkan Reynold, akibat lingkungan di kota Mimika terdapat banyak genangan air. Paling banyak pertama adalah tandon penampungan air yang begitu dekat dengan penduduk. Sebagaimana diketahui masyarakat Mimika banyak menggunakan sumur bor, sehingga menampung airnya di tandon dan itu menjadi tempat tumbuhnya jentik nyamuk.

Selain tandon air, tempat kedua adalah pot bunga ataupun botol-botol bekas yang ada di sekitar pekarangan rumah penduduk. Kemudian tempat ketiga adalah kolam yang kemudian ditutupi oleh rumput-rumput atau semak.

“Banyak yang menganggap tidak masalah, padahal itu masalah. Jadi bisa dibilang, saat ini kita dikelilingi oleh sekian ribu nyamuk,” ungkapnya.

Untuk kekambuhan malaria bisa diatasi dengan memeriksakan kembali ke fasilitas kesehatan setelah obat habis. Menurut standar Kemenkes, hari ke 28 harus diperiksakan kembali. Namun penelitian di Mimika, cara penderita malaria meminum obat terkadang tidak konsisten, maka ditambah waktunya yaitu hitungan 63 hari atau 60 hari. Maksudnya dua bulan dalam episode 60 hari seseorang tersebut terkena malaria yang sama, itu adalah kekambuhan.

Contoh seseorang terkena malaria dengan hitungan atau episode 60 hari, berarti itu malaria kambuhan. Untuk mengindarinya yaitu dengan mengatur diri untuk minum obat sampai habis, menjaga stamina serta menjaga kontak dengan nyamuk. Di mana nyamuk malaria biasanya menggigit mulai pukul 18.00 (petang) sampai 06.00 (pagi).

“Bagi yang ada aktivitas pada jam-jam tersebut, sebaiknya memakai obat atau lotion anti nyamuk. Kemudian lengan panjang dan pakai celana (panjang). Ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan, karena sampai kapan kita minum obat (terus),” pungkasnya.

Penulis:

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version