Melihat ‘Jagonya’ Orang Asmat Mendayung di Festival Asmat Pokman

Asmat Mendayung
Bupati Asmat Elisa Kambu ikut dalam Eksebisi Perahu FAP ke 36 tahun. Minggu (8/10/2023). (Foto: Anya Fatma/Seputarpapua)

Matahari begitu terik. Ratusan orang memenuhi dermaga di tengah Kota Agats, Kabupaten Asmat.

Orang-orang ini berkumpul untuk menyaksikan kemampuan masyarakat asli suku Asmat mendayung di Eksebisi Perahu di Sungai Asuwet pada Festival Asmat Pokman (FAP) ke 36 tahun, Minggu (8/10/2023).

Puluhan perahu mulai berdatangan ke arah dermaga dengan bermuatan lima sampai 10 orang dalam satu perahu.

Sambil berdiri, ratusan pendayung yang merupakan orang asli suku Asmat ini mendayung di sisi kiri dan kanan perahu dengan tetap menjaga keseimbangan.

Dengan arahan sang juru komando dari atas dermaga, para pendayung membentuk formasi-formasi yang mengagumkan.

Orang-orang dengan kostum rok rumbai-rumbai ini begitu lihai dan ‘jago’ mendayung perahunya tanpa ada satupun yang terjatuh.

Bupati Asmat Elisa Kambu dan sejumlah pejabat lain juga berkesempatan menaiki perahu dan mengikuti atraksi dari para pendayung.

Bupati dan rombongan begitu menikmati atraksi langsung di atas perahu. Masyarakat yang menyaksikan juga begitu ikut berbahagia.

DAYUNG | Para pendayung mulai menampilkan atraksi dayung pada Eksebisi Perahu FAP ke 36 tahun. Minggu (8/10/2023) (Foto: Anya Fatma/Seputarpapua)

Advertisements

Bupati Elisa Kambu menceritakan, nenek moyang orang Asmat sejak dahulu sampai hari ini memang mendayung.

“Dayung orang Asmat ini tidak didapatkan di belahan dunia lain. Di tempat lain orang dayung duduk, di Asmat sini berdiri,” katanya saat diwawancara usai Eksebisi Perahu.

Lanjutnya, eksebisi perahu pada FAP ini juga untuk menunjukkan kepada generasi muda bahwa nenek moyang di jaman dilu menggunakan perahu kayu ini sebagai alat transportadi mobilisasi manusia dan barang.

“Mereka dulu berperang juga menggunakan perahu seperti itu, nenek moyang kita dulu adalah pendayung,” katanya.

Ketua Panitia FAP ke 36 tahun, Inosensius Retobnyaan mengungkap, eksebisi perahu ialah untuk menunjukkan tradisi mendayung orang Asmat ke publik.

Bagaimana masyarakat mendayung dengan menjaga kekompakan, kesimbangan dan membentuk formasi formasi yang mengagumkan.

Advertisements

Kepiawaian mendayung ini hanya ada dan dimiliki orang asli suku Asmat.

“Jadi salah satu yang mau ditunjukkan dalam eksebisi perahu supaya orang luar tahu bahwa orang Asmat jago mendayung, mereka berdiri bukan duduk,” ungkapnya.

Selain itu, para pendayung ini juga bisa melawan ombak dengan kemampuan mendayung yang dimiliki.

“Itulah kekhasan dari Asmat,” pungkasnya.

 

penulis : Anya Fatma
editor : Iba

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan