“Banyak jalan menuju Roma”
Ungkapan itu mungkin pas disematkan pada Priska Maria Poana peserta beasiswa YPMAK, yang lulus menjadi dokter gigi dari Universitas Sam Ratulangi.
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia, terus berupaya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Amungme dan Kamoro, serta 5 suku kekerabatan lainnya melalui program beasiswa pendidikan kepada anak-anak Amungme Amungme dan Kamoro, serta 5 suku kekerabatan lainnya.
Salah satu peserta program beasiswa YPMAK adalah drg. Priska Maria Poana, S.Kg yang pada, 7 Juni 2022 mengikuti proses wisuda di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Sulawesi Utara.
Perempuan kelahiran Jayapura 24 Maret 1989 ini mulai mengikuti program beasiswa YPMAK sejak SMP sampai Perguruan Tinggi.
“Pertama kali saya dapat program beasiswa dari YPMAK mulai dari SMP dan SMA. Walaupun dirinya di Jayapura, namun YPMAK terus memantau anak-anak Kamoro,” kata Friska.
Selanjutnya, setelah lulus SMA dan masuk kuliah, ia sempat putus komunikasi dengan pihak YPMAK. Namun keluarganya melihat ada penerimaan program beasiswa YPMAK dan ia diminta kembali ke Timika untuk mengikuti program tersebut. Karena saat itu dirinya masih di Jayapura.
Setelah pihak YPMAK melihat nilai raport dan lainnya, Priska kemudian diminta ikut program beasiswa dan dapat Jurusan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Sulawesi Utara.
“Untuk mendapatkan program beasiswa YPMAK tidak susah. Karena YPMAK selalu melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap anak-anak Amungme dan Kamoro, mungkin juga 5 suku kekerabatan lainnya yang ingin sekolah langsung dipanggil,” kata anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Max Alberto Werluken dan Margaretha Bernadetha Poana.
Dengan kata lain, untuk mendapatkan program beasiswa calon pesertanya harus aktif mencari informasi. Karena kalau mendapatkan beasiswa itu tidak sulit dan tidak ada syarat-syarat tertentu. “Paling ya belum menikah dan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Sementara untuk nilai. Mau bilang batas nilai maupun lainnya tidak ada. Jadi dimana anak-anak Amor ingin sekolah daftar nama saja,” ujarnya.
Apalagi YPMAK sudah menggandeng beberapa sekolah dan universitas untuk program beasiswa ini. Sehingga peserta program beasiswa ini mendapatkan kekhususan.
Terbukti selama mengikuti program beasiswa, dirinya hanya fokus belajar dan kuliah. Karena untuk lainnya sudah ditanggung YPMAK melalui universitas yang diajak kerjasama.
“Selain ikut kuliah, saya dapat banyak fasilitas, seperti setiap 6 bulan ada chek up rutin, 3 bulan sekali mendapatkan retreat bimbingan rohani. Jadi ada refreshing selama mengikuti program tersebut, seperti nginap di hotel, wisata, dan yang paling spesial mendapatkan kesempatan mewakili Mahasiswa Unsrat untuk mengikuti studi di Universitas Harvard di Amerika selama 2 bulan,” tuturnya.
FOTO | drg. Priska Maria Poana foto bersama dr Herlina Somilena saat berada di Harvard University. (Foto: Ist/Seputarpapua)
Jadi Wakil Unsrat ke Universitas Harvard
Saat melaksanakan perkuliahan, ia mendapatkan kesempatan ke Harvard University, untuk ikut dalam program Harvard Model United Nations (HMUN). Dan itu tidak langsung, tetapi melihat nilai-nilai, khususnya bahasa Inggris dan semua biaya ditanggung oleh YPMAK, mulai dari urus paspor, visa, biaya di Harvard University.
“Dari 20 orang yang daftar, hanya 7 orang yang lolos. Dan dua orang merupakan mahasiswa peserta beasiswa YPMAK, yakni saya dan dr. Herlina Somilena dan itu suatu kebanggaan tersendiri,” ujarnya.
Pengiriman mahasiswa Unsrat ke Harvard University itu bagian dari program perkumpulan mahasiswa-mahasiswa negara PBB.
Di Harvard mereka melakukan diskusi dan dialog, yang tujuannya dan saat itu dirinya dapat topik tentang ‘cyber security’ di Timor Leste. Dimana Timor Leste negara yang baru berdiri, sehingga meminta saran dan masukan apa yang harus dilakukan.
“Meskipun hanya 2 bulan, tapi pengalaman studi di Harvard University suatu hal yang luar biasa dan tidak didapatkan oleh semua orang,” katanya.
Dari beberapa hal dan pengalaman yang dirinya rasakan, maka ini membuktikan bahwa sekolah itu tidak susah. Sebagai anak Papua, khususnya Kamoro di Mimika sudah ada pihak yang memfasilitasi, yakni YPMAK tinggal ada kemauan atau tidak.
“Banyak kesempatan dan hal yang bisa kita dapatkan di dunia luar. Seperti saya bisa bisa tembus ke Harvard University. Serta bisa mewujudkan cita-cita untuk jadi dokter gigi. Semua tahu, kalau jadi dokter gigi itu biayanya mahal, mulai dari peralatan sampi kepada mencari pasien sendiri saat Koas,” ungkapnya
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis