Kios Bibit ‘Lato-Lato’ Jaifuri
KEEROM | Pria kelahiran Trenggalek, Jawa Timur mampu meraup keuntungan belasan juta rupiah perbulan dari hasil penjualan bibit tanaman dan buah dalam usaha kios bibit Lato-Lato miliknya yang terpusat di Kampung Jaifuri, Skanto, Kabupaten Keerom, Papua, Senin (4/12/2023).
Berbagai macam bibit unggulan terdapat di kios bibit lato-lato tersebut, seperti tanaman hias anggrek, anglonema, adenium, wijaya kusuma, gelombang cinta. Sementara produk unggulan buah seperti jeruk nipis, jeruk manis, cabe rawit, kedondong, pisang raja, jambu air, jambu kristal, dan lainnya yang masih dalam tahap proses pengembangan.
Awalnya pria berusia 50 tahun ini, iseng-iseng mencangkok tanaman untuk mengisi waktu di rumah. Selain itu juga sebagai penyedap pandangan matanya setiap pagi dan sore hari saat santai di teras rumah sembari meminum secangkir kopi.
Pemilik nama lengkap Supriyanto ini mengaku setiap ke pelosok hutan perkampungan di Kabupaten Keerom, dirinya pasti akan membawa pulang 1 atau 2 tanaman seperti anggrek, anglonema, adenium dan lainnya.
“Seperti anggrek, ini bukan hanya satu tempat saja. Tetapi ada yang dari hutan-hutan di Keerom. Pokoknya sekali masuk hutan harus ada bawa pulang tanaman,” kata pria bermata sipit sembari merapikan dudukan tanaman hiasnya.
Bapak beranak tiga ini mengaku, sejak empat bulan terakhir ia sering dihubungi orang untuk pemesanan bibit tanaman hias dan buah. Namun, dirinya kadang kewalahan jika konsumen memesan dalam jumlah besar.
“Kapan hari pernah ada yang pesan 800 bibit jeruk nipis, tapi yang ada baru 400 bibit. Jadi, harus menunggu waktu lagi. Itu prosesnya paling sebulan,” lanjutnya.
Saat ini dirinya sedang mengembangkan bibit pisang raja yang sudah mencapai 1.200 bibit. Ia sangat menantikan ada konsumen ataupun instansi pemerintah yang datang memesan atau membeli hingga 5.000 bibit.
“Saya jual bibit disini tergolong murah, contoh satu bibit anggrek seharga Rp100 ribu. Kalau bibit pisang biasa saya jual Rp20 ribu perbibit, kecuali kalau partai besar harga pasti turun 30 persen perbibit,” kata Supriyanto.
Dalam sebulan terakhir, lanjut pria penikmat kopi hitam ini, telah laku sebanyak 150 bibit cabe rawit, 200 bibit jeruk nipis, 25 bibit tanaman anggrek nobila.
“Bibit disini menggunakan sistem stek atau tanam batang. Bukan cangkok ya, jadi ini murni stek. Artinya bukan sambung pucuk. Alhamdulillah, bulan kemarin dapat pembeli,” ujar Supriyanto yang enggan membocorkan nilai rupiah keuntungan bulan Oktober.
Dirinya tak berharap lebih, hanya menjalankan sesuai dengan hobi menanam, sekaligus mengasah keterampilan mengolah tanah dan media tanam lainnya. Tak jarang, limbah rumah tangga dimanfaatkan jadi pupuk organik.
“Kulit bawang, sisa sayuran, kulit kelapa, nasi basi. Daripada dibuang, saya olah jadikan pupuk organik, tetapi semua dilalui dengan vermentasi terlebih dahulu,” kata pria mantan sopir online di Kota Jayapura.
Menurutnya, nama usaha kios ‘Lato-Lato’ ini muncul dari viralnya permainan tersebut di seputaran Keerom beberapa bulan lalu, saat dirinya iseng-iseng menanam dan memperbanyak bibit tanaman hias serta buah.
“Awalnya muncul nama itu juga karena pertama saya kembangkan adalah anggrek yang ke semuanya saya gantung,” tutup Supriyanto.
Pemasaran bibit dilakukan secara konvensional dan juga melalui media sosial. Sehingga pembeli bibit buah miliknya tak hanya dari Keerom saja, namun juga dari luar kota.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis