Kisah Dua Pesilat Muda Mimika yang Disegani di Semarang

waktu baca 4 menit
Duo pesilat muda asal Mimika yang cukup mentereng di Semarang. Theresia Gina Mamiri (kiri) dan Junianus Magal (kanan). (Foto: Yonri/Seputarpapua)

Senyum ramah khas orang Papua merekah luas ketika seputarpapua.com duduk berhadapan dengan dua remaja asal Kabupaten Mimika itu.

Mereka adalah Junianus Magal dan Theresia Gina Mamiri.

Saat ditemui di Asrama Amungme Kamoro (Amor) Semarang pada penghujung September lalu, keduanya memamerkan prestasi mentereng dan patut diacungi beribu jempol.

Junianus, siswa Kelas XI MIPA 3 SMA PL Don Bosco Semarang ini merupakan remaja yang cukup disegani di arena silat. Banyak pihak menyebut, ketika remaja kelahiran Timika, 24 Juni 2004 ini masuk ke arena, ada tatapan takut dari sang lawan.

Sorot mata Juni (sapaan) memang cukup tajam meski senyumnya tiada henti, memperlihatkan kepercayaan dirinya. Hal inilah yang diperlihatkannya saat seputarpapua.com berbincang bersamanya.

Sejumlah prestasi yang ditoreh Juni di ‘dunia persilatan’ tingkat remaja seperti Juara 1 Pencak Silat Tingkat Nasional 2021, Juara 3 Pencak Silat antar sekolah 2022, Juara 3 Pencak Silat IPSI Kota Semarang 2022, dan Juara 1 Pencak Silat Open Championship Nasional, IPSI Semarang 2022.

Diakui Juni, prestasi ini diraih berawal dari mimpinya yang sederhana. Ia gemar menonton film action dan diakuinya, ia merupakan penggemar berat Ip Kai Man atau lebih dikenal sebagai Ip Man.

“Mau jadi aktor film, yang berakting dalam film action,” kata Juni mengungkap cita-citanya.

Ditanya soal memilih cita-cita itu, Juni menjawab singkat, “karena saya suka seni.”

Sejak di bangku SD, Juni sudah masuk ke Sekolah Asrama Taruna Papua. Sejak kecil ia memang suka kesenian. Juni punya kemampuan bahasa inggris yang cukup baik, kemampuan mensketsa wajah, dan kemampuan bercerita di atas panggung.

Saat SD, ia dikenal sebagai storyteller handal yang mengharumkan nama Mimika di Lomba Cerita Rakyat Tingkat Nasional tahun 2016.

Sama seperti teman kelasnya, Theresia Gina Mamiri. Remaja putri Suku Mimika Wee asal (Kamoro) Kampung Nayaro ini juga punya kemampuan yang patut disegani di persilatan Jawa Tengah.

Gina terakhir meraih juara 2 turnamen pencak silat tingkat pelajar IPSI Semarang 2022 dan juara 3 Pencak Silat Open Championship Nasional di tahun yang sama.

“Semua berkat ketekunan, sih. Juga tentu ada tuntunan, motivasi dari pembina asrama dan guru-guru di sekolah,” aku Gina.

Bagi Gina, dirinya pantang pulang kampung sebelum ia mengenakan seragam Polisi Wanita (Polwan).

“Saya senang lihat Polwan. Jalannya tegap, penuh wibawa,” kata Gina.

Di akhir pertemuan, penulis meminta Juni dan Gina mempraktikkan gaya bertarung silat. Keduanya pun tak keberatan mempraktikkan tendangan sabit.

Tendangan dengan teknik melingkar itu tentu menyasarkan punggung kaki pada tubuh lawan. Dengan perawakan yang mereka miliki, tentu teknik tersebut dapat membuat lawan tumbang. Masih dengan sorot mata tajam, namun keduanya tetap memasang senyum.

“Beginilah, cara kami bertarung. Yang penting tanamkan rasa percaya diri dan jangan takut kalah. Pantang menyerah,” tegas Junius.

Junianus Magal, pemuda asal Mimika ini disebut punya kharisma yang membuat lawan ciut saat menginjakkan kaki di arena silat. (Foto: Yonri/Seputarpapua)

Prestasi Anak Mimika di Mata YPMAK

Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK) pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia mengaku sangat bangga dengan torehan prestasi anak-anak peserta beasiswa di Semarang.

Wakil Direktur Program dan Monev YPMAK, Nur Ihfa Karupukaro mengatakan, pihaknya memberi keleluasan terhadap peserta beasiswa dalam pendidikan mental maupun akademik.

“Kami dari YPMAK tidak akan intervensi cita-cita peserta beasiswa. Selama semua itu positif, kami bahkan mendorong untuk mereka maju. Bahkan kami bisa menjamin mereka sampai ke jenjang perguruan tinggi,” tegas Ihfa di Semarang, 23 September 2022.

Di Semarang, YPMAK mempercayakan anak-anak SMP dan SMA dari Mimika kepada Yayasan Binterbusih sebagai mitra pelaksana atau lebih tepatnya sebagai orang tua di tanah rantau.

Harapnnya, para peserta ini dapat pulang ke Mimika sebagai kaum intelektual berkarakter ‘petarung’ dan dapat membawa kemajuan di kampung halaman.

“Lebih dari itu, kami sangat percaya, kalau mereka balik nanti (ke Mimika), mereka jadi pemimpin,” tegas Ihfa.

Ketua Yayasan Binterbusih, Pascalis Abner punya jawaban senada dengan YPMAK.

Bagi Pascalis, kerjasama antara Yayasan Binterbusih dan YPMAK merupakan misi khusus yang tidak bisa dikerjakan cukup dengan standar baku.

“Karena bukan hanya menjaga anak-anak, tapi lebih kepada menyelamatkan generasi muda Amungme-Kamoro dan lima suku kekerabatan di Mimika,” sebut Pascalis.

Menurut Pascalis, para peserta beasiswa yang tinggal di Asrama Amor didominasi oleh anak yatim-piatu, anak terlantar, dan anak dari keluarga ekonomi rendah.

Pola asuh asrama, dijelaskan Pascalis, seperti orang tua yang memberi perhatian penuh pada kebutuhan anaknya.

“Mereka itu di masa-masa yang masih membutuhkan kasih sayang. Oleh sebab itu pelukan orang tua, kita berikan kasih sayang tulus, itu adalah bentuk komunikasi orang tua kepada anak,” kata Pascalis.

Yayasan Binterbusih sudah bekerjasama dengan YPMAK sejak tahun 1997, sejak YPMAK masih bernama Program Pengembangan Masyarakat Timika Terpadu (PWT2).

Berdirinya YPMAK dirasa Pascalis sebagai peluang bagi generasi muda Mimika untuk menggapai cita-cita.

“Beasiswa ini peluang, ya. Tapi tentu dengan pengawasan dan bimbingan yang tepat agar anak-anak kita ini terarah,” pungkas Pascalis.

 

Penulis:

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Exit mobile version