TIMIKA | Menjadi petani memang tidaklah mudah, perlu ketekunan, kerja keras dan cerdas.
Papua kaya akan tanah yang subur, mampu ditanami oleh berbagai jenis tanaman yang menghasilkan nilai ekonomi.
Ini dibuktikan oleh para pemuda dari kelompok tani Ankwom, Kampung Warkimbon, Distrik Biak Utara, Kabupaten Biak Numfor.
Beberapa hari lalu para pemuda kelompok tani Ankwom yang terdiri dari 17 orang ini berhasil memanen perdana Cabai besar dengan kualitas yang sangat menakjubkan. Cabai besar begitu merah warnanya, segar dengan berat yang dipanen 46 kilogram.
Tak hanya cabai saja, lahan berukuran 1700 meter persegi itu ditanami juga dengan berbagai macam tanaman seperti cabai keriting, Cabai rawit, bawang merah, tomat, kol, dan kini sedang mengambangkan labu madu yang pertama di Biak.
1700 meter persegi tanah tersebut merupakan kebun percontohan untuk menjadi acuan para pemuda dalam mengembangkan pertanian kedepannya.
Tanaman cabai besar yang pertama dipanen membuat para pemuda makin bersemangat untuk fokus menjadi petani.
Ketua kelompok pemuda Tani Ankwom, Obed Runbin menuturkan cabai besar yang ditanam sejak 100 hari yang lalu dan kini ia merasa puas karena hasilnya sangat bagus.
Dibalik hasil yang bagus tersebut, ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh para petani, seperti saat membongkar lahan lalu membentuk bedeng membutuhkan traktor.
“Kita kan di kampung belum ada traktor makanya kalau bikin bedeng kita sewa traktor, waktu itu kita sewa Rp1 juta untuk semua,” kata Obed ketika diwawancarai Seputarpapua.com melalui sambungan telefon, Kamis (26/5/2022).
Selain itu tantangan mengenai ketersediaan pupuk, pestisida untuk merawat tanaman yang harganya begitu mahal dan sulit untuk dibeli oleh para pemuda.
“Tantangan itu kami hadapi semua, dan setelah lihat hasilnya kami senang sekali,” ungkapnya.
46 kilogram cabai berhasil di panen dan dijual dengan harga Rp35 ribu perkilogramnya. Dengan panen perdana ini, para pemuda akan terus memanen hasil cabai besar tersebut setiap minggu, bahkan diperkirakan berat hasil panen akan terus meningkat. Jika dihitung dalam satu minggu untuk cabai besar saja para pemuda bisa meraup Rp1.610.000. Angka ini bisa meningkat.
“Saat ini jualnya masih ke pengecer saja, memang ada penada tapi kami masih pilih mana yang cocok. Cabai ini juga nanti bisa panen perminggu,” terangnya.
Dengan bersemangat Obed mengatakan saat ini yang dikembangkan adalah sebagai percontohan saja, namun akan terus berkembang menjadi petani mandiri.
“Kami akan berusaha lebih dari itu karena sudah termotivasi sekali. Seperti saya dulunya buruh bangunan tapi sekarang mau fokus menjadi petani,” ungkapnya.
Keberhasilan para pemuda ini juga tidak terlepas dari salah satu Yayasan yang membina mereka. Yayasan tersebut adalah yayasan non profit bernama Yayasan Bina Tani.
“Yayasan Bina tani mereka dampingi kami dari bongkar kebun sampai kita bisa tanam berhasil begini, mereka ajar kami bagaimana pemasangan plastik mulsa, bagaimana kalau tanam jarak dan lebarnya, pembuatan lobang di plastik mulsa, pupik-pupuk dasar, perawatan seperti penggunaan pestisida dan lainnya,” katanya.
Pemuda berusia 29 tahun ini ingin motivasi menjadi petani bisa diikuti oleh pemuda Papua lainnya yang ada di Tanah Papua.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis