Pastor Hadrianus Maafkan Pengunggah Status Sindiran di Facebook

waktu baca 3 menit

TIMIKA I Pastor Hadrianus Warjito, SCJ secara pribadi tidak mempersoalkan postingan akun Facebook Demmy Daskunda (DD) yang menyindir dirinya setelah ikut serta dalam aksi unjuk rasa guru honorer, Senin (24/7/17) lalu.

Pastor Hadrianus tak menampik jika memang keikutsertaan tokoh agama dalam sebuah kegiatan massa sering dipertanyakan.  Misalnya dengan tudingan apakah seorang Imam hanya ikut berdoa, keluyuran ke pasar, atau yang lainnya.

“Saya menjadikan pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai suatu Rahmat,” katanya saat dihubungi Wartawan di Timika, Kamis (27/7).

Hadrianus menjelaskan alasannya harus terlibat dalam aksi demo guru menuntut insentif di Kantor Dispendasbud Mimika, Senin lalu.  Seorang Imam Gereja, Hadrianus mengaku tergerak hatinya begitu membaca permasalahan insentif guru honor tersebut di surat kabar.

Bertepatan dengan aksi demo guru tersebut, sebetulnya ada 85 guru honor Katolik akan mengikuti rekoleksi di Kantor Keuskupan Timika, Bobaigo. Tetapi rekannya mengatakan bahwa ada persoalan penting yang harus didahulukan. Secara spontan, dirinya pun ikut dalam aksi demo guru itu.

Dalam aksi demo, Pastor Hadrianus memakai jubah dan membawa buku Gereja. Itu dimaksudkan bahwa dengan tanpa kata dan peryataan, dirinya secara simbolik menghadirkan gereja, untuk memberikan dukungan moril kepada para guru.

Pastor Hadrianus juga mengakui jika sebenarnya tidak hanya dirinya yang ikut dalam aksi demo, tetapi ada tiga pastor lainnya ikut memberikan dukungan serupa.

“Saya ikut itu, hanya tergerak hati melihat para guru yang menuntut kesejahteraannya kepada pemerintah. Dalam hal ini Dispedansbud Kabupaten Mimika,” tutur Pastor.

Menurutnya, jika dirunut secara jelas dari persoalan tersebut, sejarah mencatat bahwa pendidikan di Papua pertama kali dibawa oleh para misionaris bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Hadrianus mengemukakan, para misionaris merintis pendidikan saat masyarakat Papua masih memakai koteka dan hidup di atas pohon. Namun setelah merdeka, Pemerintah Indonesia membentuk lembaga pendidikan. Sehingga, para misionaris tidak diperbolehkan lagi mengajar dengan kehadiran guru.

“Dari dulu misionaris ini turun ke masyarakat, selain mengajarkan agama juga ilmu yang lain,” ujarnya.

Ia menambahkan, karena ada permasalahan insentif guru ini, seperti di Kokonao ada 100 anak yang seharusnya menerima pendidikan. Tetapi karena masalah ini guru-guru semua ke kota, sehingga anak-anak tersebut pendidikannya terbengkalai.

“Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan dirinya, sehingga ikut serta secara pribadi dalam aksi demo guru beberapa waktu lalu,”kata Pastor.

Sementara menyangkut akun Facebook itu, dirinya secara pribadi sudah memaafkan. Dan empat poin yang dituliskan itu dijadikan rahmat dalam kekacauan. Karena pertayaannya sangat positif untuk dijawab. Dan apabila dijadikan seminar atau rekoleksi, maka sangat bagus untuk dibicarakan. Karena ini bukan hanya menyangkut Pastor Warjito saja, tetapi ini menyangkut gereja.

“Saya memaafkan apa yang sudah dilakukan DD. Dan secara pribadi saya gak kenal.Dan karena status ini saya senyum sendiri,” tutur Pastor.

Sementara mengenai berbagai pihak yang tidak menerima baik sindiran tersebut,  Hadrianus mengajak agar persoalan ini dapat dilupakan. Karena kalau masih ada yang menyambung lagi, maka untuk lebih berhati-hati agar tidak sampai kelewatan.

“Saya minta untuk tetap tenang dan sabar menyikapi hal ini. Agar tidak menjadi polemik yang berkepanjangan. Dan jadikan ini sebagai pengingat, bahwa untuk tidak sembarang mengunggah status atau apapun di media sosial,” ungkapnya. (mjo/SP)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Exit mobile version