SMPIT Permata Papua Studi Banding ke Sekolah Taruna Papua, Belajar ‘Eco Enzym’ dan Cara Buat Sabun

FOTO - Para siswa-siswi SMPIT Permata Papua dan Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) bersama para guru foto bersama usai praktek 'eco enzym'. (Foto: Mujiono/Seputarpapua)
FOTO | Para siswa-siswi SMPIT Permata Papua dan Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) bersama para guru foto bersama usai praktek 'eco enzym'. (Foto: Mujiono/Seputarpapua)

TIMIKA | SMPIT Permata Papua, pada Jumat (30/9/2022) melakukan studi banding tentang ‘eco enzym’ ke Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP).

Kunjungan dari SMPIT Permata Papua merupakan sekolah pertama melakukan studi banding ke sekolah yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Lokon (YPL). YPL merupakan mitra pendidikan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia.

14 siswa-siswi yang tergabung dalam ekstra kurikuler ‘science club’ SMPIT Permata Papua. Mereka langsung mendapatkan penjelasan bagaiamana pembuatan ‘eco enzym’ dari para siswa-siswi SMP SATP.

Penjelasan yang diberikan mulai dari bahan, alat, takaran, dan cara pembuatannya.

Selain pembuatan ‘eco enzym’, para siswa-siswi SMPIT Permata Papua juga diajarkan cara membuat sabun laundry, dengan bahan dasar dari hasil ‘eco enzym’ dan beberapa bahan lainnya, serta melihat secara langsung hasil dari ‘eco enzym’ yang sudah melalui proses fermentasi selama 3 bulan atau 90 hari.

Guru Mata Pelajaran IPA sekaligus Pembina ‘Science Club’ SMPIT Permata Papua, Kurniatin mengatakan, studi banding ke SATP berawal dari sosialisasi tentang ‘eco enzym’, namun disampaikan secara umum, sehingga belum paham dan mengerti secara betul, padahal anak-anak ini sangat tertarik untuk membuatnya.

“Sebenarnya kami sudah mencoba membuat eco enzym. Namun ada yang berhasil dan ada yang gagal. Itulah, yang memicu kami untuk studi banding ke SATP,” katanya.

“Pemilihan studi banding ke SATP tidak salah, karena sekolah ini sudah menerapkan ‘eco enzym’ dan terkoordinir dengan baik. Karenanya, setelah ini kami akan tindaklanjuti diharapkan pula terus dapat bimbingan dari SATP apabila ada kendala,” ungkapnya.

Sementara Koordinator Eco Edukasi SATP, Sonianto Kuldi mengatakan, studi banding yang dilakukan SMPIT Permata Papua merupakan bagian dampak sosial dari SATP terhadap masyarakat di luar, bahwa ternyata dari sampah itu bisa menghasilkan produk yang lebih bermanfaat. Dan anak-anak dari SMPIT Permata

“Kunjungan SMPIT Permata Papua ke SATP merupakan sekolah yang baru pertama kali. Kedepannya akan banyak sekolah-sekolah yang datang, karena kami sudah memulai program yang ramah lingkungan,” katanya.

Soni menjelaskan, ‘eco enzym’ merupakan bagian dari Kurikulum Berbasis Kehidupan Kontekstual Papua. Dimana para siswa belajar menjaga lingkungan lewat pembuatan ‘eko enzym’.

Lanjutnya, program eko-edukasi merupakan bagian dari program dan inovasi YPL dalam mengelola SATP dan ini diterapkan setiap hari di SATP, baik melalui intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Sehingga mereka bisa memproduksi sabun setiap hari yang digunakan di Satp

“Kedepan akan membuat lebih banyak, dan saat ini sudah tidak beli lagi dari luar. Dan ini lebih ramah lingkungan,” ujarnya

Sedangkan mewakili Wali Murid sekaligus perwakilan Komite SMPIT Permata Papua, Sofiah sangat mengapresiasi, karena melihat anak-anak di SATP sangat hebat. Dan diharapkan bisa juga dilakukan oleh anak-anak di SMPIT Permata Papua.

“Apa yang dilakukan ini memiliki manfaat yang sangat baik. Dan bisa dibilang ‘eco enzym’ yang dihasilkan sebagai cairan ajaib dan luar biasa,” tuturnya.

Sementara Siswi Kelas VII Laurenzia Beanal mengatakan, sangat luar bisa dan senang sekali. Karena ada sekolah lain yang mau datang untuk belajar. Walaupun disini kita disini masih belajar.

Lanjutnya, dan dalam praktek tadi, dirinya bersama kawan-kawan di SATP telah menjelaskan tentang bahan, langkah pembuatannya, dan rumusannya. Diharapkan teman-teman dari SMPIT Permata Papua juga paham dan bisa menerapkan.

“Eco Enzym ini sangat bermanfaat bagi kami di SATP, karena banyak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Mulai dari mencuci pakaian, dan untuk obat. Ini membuktikan kalau sampah organik bisa dimanfaatkan dan diharapkan sampah bisa berkurang,” ungkapnya.

penulis : Mujiono

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *