25 November ditetapkan menjadi hari Guru Nasional, dan diperingati setiap sekolah di seluruh Indonesia termasuk di SD Inpres Kwamki I, Ditrik Kwamki Narama, Mimika, Papua Tengah.
Kwamki Narama sendiri dulunya menjadi wilayah konflik, yang sering terjadi perang adat antara suku.
Perang adat yang sering terjadi tidak menyurutkan semangat 15 guru di SD Inpres untuk terus memberikan pendidikan kepada anak-anak disana.
Kepala SD Inpres Kwamki I, Salomina Rumainum menceritakan pengalaman-pengalaman para guru di sekolah itu dalam menjalani tugasnya sebagai guru di wilayah konflik.
“Guru-guru harus menghadapi orang mabuk saat di jalan. Sering mereka melihat pemandangan begitu, tapi karena tanggung jawab, jadi mau tidak mau, suka tidak suka ya terus dijalani,” ungkapnya saat ditemui di sekolahnya usai upacara peringatan hari guru.
Salomina mengakui anak-anak di Kwamki Narama tidak bisa disamakan dengan anak-anak di wilayah kota.
Ini karena tidak semua anak dan orang tua mengerti tentang pentingnya pendidikan.
“Anak-anak disini lingkungan masih terikat dengan budaya dan adat istiadat. Jadi guru dan sekolah harus mengerti,” katanya.
Misalnya terjadi perang dan bakar batu, orang tua dari siswa ini pasti terlibat. Anak-anak otomatis juga mengikuti orang tuanya.
Selain itu, peperangan terjadi antara masyarakat di kampung atas dan kampung bawah, anak-anak dari masing-masing kampung tidak bisa melewati batas kampung.
Sehingga anak-anak kerap tidak hadir mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.
Salomina lebih lanjut mengatakan, pihak sekolah terus memberikan edukasi kepada orang tua melalui gereja dan kepala kampung.
“Lama-lama sudah ada pengertian dari orang tua. Ini cukup berat karena memang ada di wilayah adat mereka, tapi saya optimis Kwamki Narama kedepan akan berubah,” katanya.
Saat perang terjadi, anak-anak tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar.
“Kalau sudah aman, kita kasih informasi lewat gereja bahwa situasi aman agar anak-anak sudah masuk,” katanya.
Tidak hanya menyampaikan lewat gereja, tidak jarang para guru di sekolah itu juga berkunjung langsung ke rumah siswa.
Ini dilakukan apabila anak-anak tidak masuk sekolah selama berminggu-minggu atau tidak mengikuti ulangan.
Para guru disini juga bekerja ekstra memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan kepada anak-anak.
Tidak jarang, anak-anak datang ke sekolah dengan tidak mengenakan sepatu, ada juga yang mengenakan sepatu tapi tidak memakai kaos kaki.
“Ada yang orang tua sudah beli sepatu tapi anaknya yang belum tau jadi ya begitu. Kita edukasi mereka datang ke sekolah harus pakaian bersih, harus mandi,” katanya.
“Guru-guru disini harus sabar, apalagi guru SD benar-benar dari awal merubah karakter anak. Apalagi kita disini harus ekstra sabar, karena tidak semua orang punya pemahaman pentingnya pendidikan dan kesehatan,” katanya.
Meski begitu, Salomina mengakui kemampuan akademik anak-anak di Kwamki Narama cukup baik.
Sekolah dalam tahap awal pembelajaran menanamkan kemampuan Membaca, Menulis dan Menghitung (3M) pada setiap anak.
“Kita harap kedepan out put bagus walau di pinggiran dan situasi seperti ini, anak-anak bisa terus berkembang,” katanya.
Upacara Hari Guru
25 November 2023, guru-guru dan para siswa di SD Inpres Kwamki I juga memperingati Hari Guru Nasional dengan mengadakan upacara bendera.
Sesuai edaran dari menteri pendidikan, guru-guru yang menjadi petugas upacara dengan mengenakan pakaian adat.
“Saya anjurkan guru-guru pakai pakaian adat masing-masing, tapi mereka lebih nyaman pakai pakaian adat Papua,” katanya.
Dalam upacara, Kepala Sekolah membacakan pidato Menteri Pendidikan, yang didalamnya menegaskan kepada setiap sekolah untuk melaksanakan kurikulum merdeka belajar dengan guru penggerak.
Para guru diharap menyambut baik, mengikuti dan melaksanakan kurikulum merdeka belajar.
Di sekolah ini belum menerapkan kurikulum merdeka belajar. Pada peringatan hari guru kali ini sekaligus dicanangkan pelaksanaannya di tahun 2024.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis